Selasa, 03 Januari 2012

ASAL-USUL DESA ADAT BELAYU


ASAL-USUL DESA ADAT BELAYU

            Sebelum kita menginjak sejarah Desa Beringkit, baiklah kita coba untuk berusaha mengetahui asal-usul nama Beringkit itu sendiri. Untuk sekadar informasi, Desa Beringkit terletak di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.  Desa Beringkit yang termasuk dalam wilayah Desa Adat Belayu, adalah sebuah Desa asli/tua. Desa ini merupakan cikal bakal dari Desa Adat Belayu yang muncul kemudian. Oleh karena itu bila kita berbicara mengenai sejarah ataupun latar belakang dari Desa Adat Belayu, maka kita tak dapat mengsampingkan begitu saja peranan Desa Beringkit ini. Di desa inilah letak Keraton Pertama di Belayu yang merupakan pecahan atau boleh dikatakan mempunyai hubungan yang amat erat dengan Desa Beringkat yang ada di Mangwi. Adanya hubungan ini dapat dibuktikan dengan masih adanya keluarga-keluarga “Nyungsung” beberapa buah Pura di Desa Beringkit Mengwi.
            Tidak salah dugaan kita bahwa nama Beringkit yang ada di Belayu berasal dari nama Beringkit, Desa yang ada di Mengwi tadi. Bukti tentang pernah adanya kerajaan di Desa Beringkit ini masih dapat dilihat sampai sekarang. “Setra Bebajangan” dan Pura Dalem Bebajangan setra Pura Batan Jepun dan lain-lainnya yang merupakan peninggalan I Gusti Bajang Gede yang memerintah serta mendirikan kerajaan pertama di Beringkit atau di Belayu pada umumnya.
            Begitulah, menurut yang cerita, pada saat jayanya Pemerintahan Raja Mengwi, terjadilah perselisihan antara Dalem Kapal dengan Dalem Beringkit/Mengwi. Dikatakan, pangkal perselisihan tersebut adalah karena putri Dalem Beringkit yang dipinang Dalem Kapal, yang katanya akan dinikahkan dengan Putra Belayu, namun kemudian ternyata dikawinkan dengan kuda kesayangan Dalem Kapal I Lodere. Dapat dipastikan “Pertemuan” yang berat sebelah ini yang menyebabkan kematian sang Putri. Sudah barang tentu hal ini tidak dapat diterima oleh Dalem Beringkit begitu saja, maka perselisihan pun timbul dan akhirnya peperangan tak dapat dihindari. Tidak dijelaskan siapa atau pihak mana yang akhirnya menang didalam peperangan itu, yang jelas hubungan kedua kerajaan itu tak pernah pulih, sampai-sampai pepohonan yang tumbuh dikedua tepi sungai yang membatasi kedua daerah itupun tak pernah bersentuhan, betapapun besar atau tingginya pohon itu, sampai saat ini.
            Dan begitulah kemudian ada keturunan Dalem Beringkit bernama I Gusti bajang Gede atau juga dikenal dengan gelarnya I Gusti Bale agung, bermigrasi ke Beringkit Belayu, ini kemudian mendirikan kerajaan dan berkuasa. Begitu besar kekuasaannya sehingga menimbulkan rasa dengki di hati I Gusti Arya Kutawaringin yang pada waktu ini berkuasa di Kapal. Setelah mempersiapkan pasukannya, berangkatlah I Gusti Arya Kutawaringin ke Beringkit. Sebelum perang beliau berkemah beserta tentaranya di suatu tempat yang kini disebut Celuk, di tepi Timur Desa Beringkit. Utusan pun dikirim untuk menentang perang kepada I Gusti Bajang Gede. Singkat cerita, tantangan diterima dan perang pun  kemudian berkecambuk disuatu dataran yang kini lebih dikenal dengan Carik Kerobokan, di sebelah selatan Banjar Jebaud atau di antara Banjar Bajera Pagebegan dengan Bajera Belayu. Hanya satu semboyan mereka yang berperang pada waktu itu, “membunuh atau dibunuh” sampai pada akhirnya tentara kerajaan Beringkit musnah, satu persatu tewas dalam peperangan dan I Gusti Bajang Gede sendiri tewas ditangan I Gusti Arya Kutawaringin di suatu tempat yang kini dikenal dengan sebutan Setra Bebajangan.
            I Gusti Arya Kutawaringin kemudian melanjutkan terornya memusnahkan keturunan I Gusti Bajang Gede sampai ke anak cucunya yang belum dan tak pernah mengenal dosa namun menjadi korban keganasan perang. Hanya beberapa orang saja yang berhasil meloloskan diri.
Konon seusai perang, I Gusti Arya Kutawaringin mengadakan pemeriksaan terhadap “Wadwa Balanya” aneh tak seorangpun yang terluka ataupun tewas. Maka untuk memperingati hal tersebut disebutlah tempat ini “Bala Ayu” yang berarti tentara yang mendapatkan perlindungan dari Tuhan, yang kemudian dikenal dengan Belayu sampai detik ini.
            Seperti yang sudah saya tuliskan di atas peninggalan-peninggalan yang menjadi bukti akan pernah adanya kerajaan serta peristiwa-peristiwa yang mengikutinya masih dapat dilihat dan sisaksikan sampai saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar