Selasa, 03 Januari 2012

GEOMORFOLOGI PULAU JAWA


GEOMORFOLOGI PULAU JAWA
Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta menjabarkan bentuk lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya lahan tersebut, serta mencari hubungan antara proses-proses dalam susunan keruangan. Geormofologi juga berhubungan dengan bentuk lahan tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup. Surface atau permukaan harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting karena sistem gua terbentuk juga merupakan bagian dari geomorfologi. Cakupan kajian geomorfologi ada dua, yaitu cakupan geomorfologi makro dan geomorfologi mikro.
Morfologi makro
Geomorfologi makro contohnya adalah kajian tentang segala sesuatu yang ada di permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, kawah, ngarai, dan masih banyak lagi (lebih mengarah pada fenomena alam). Beberapa bentuk morfologi permukaan karst :
  • Pulau Jawa memiliki kawasan karst yaitu karst Gunung Sewu, bentuk bukit-bukitnya seperti cawan terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill).
  • Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst. Mata air (spring) karst ini ada beberapa jenis:
    • Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat  terjadi pelebaran bidang lapisan,
    • Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi pelebaran bidang rekahan,
    • Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu gamping dan batu lain yang impermiabel.
    • secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah permukaan air laut disebut dengan vrulja.
Morfologi mikro
Geomorfologi mikro contohnya adalah kajian tentang perubahan aliran di permukaan bumi (mengarah pada fenomena yang lebih luas baik yang disebut fenomena alam ataupun fenomena sosial, seperti pembangunan kota, dimana bangunan yang ada mengubah arah aliran dan dapat mengakibatkan gangguan pada proses alami. Ada  suatu kawasan karst dengan sudut dip yang kecil dan permukaannya licin. Area ini dipisah dalam bentuk blok-blok oleh joint terbuka, disebut dengan grike). permukaan blok itu terpotong menjadi sebuah pola dendritic dari runnel dengan deretan dasar dan dipisahkan oleh deretan punggungan yang mengeringkannya kedalam grike terlebih dahulu. Kadang-kadang  memiliki profil panjang yang hampir mulus disebut Rundkarren.
Tipe lain yaitu Rillenkarren memiliki saluran yang tajam, ujung punggungan dibatasi oleh deretan saluran berbentuk V. terlihat pada permukaan yang lebih curam daripada rundkarren. Microrillenkarren merupakan bentuk gabungan tetapi hanya memiliki panjang beberapa centimeter dan lebarnya 10-20 mm. Pseudo karren, memiliki bentuk sama dengan rundkarren dan rinnenkarren. Tetapi hanya terjadi pada granit di daerah tropik yang lembab.
Pulau Jawa memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Gunung Sewu, dimana bentukan bukit-bukit seperti cawan terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill) begitu sempurna dengan lembah-lembahnya. Bukit merupakan residu erosi dan lembahnya adalah merupakan daerah diaman terjadi erosi aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian depresi atau cekungan merupakan titik terendah dan menghilangnya air permukaan ke bawah permukaan. Erosi memperlebar struktur (lihat geologi gua dan teori terbentuknya gua), kekar, sesar, dan bidang lapisan, dan membentuk gua-gua, baik vertikal maupun horisontal. Secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibedakan  menjadai tiga zona  yang membujur barat-timur (Pannekoek, 1949) yaitu Zona Selatan, Zona Tengah dan Zona Utara.
Pulau jawa dihubungkan dengan laut dangkalan Sunda, sehingga secara fisiografis termasuk tanah tengah sunda (Tanah Sunda Tengah).tetapi secara geologis ini termasuk dalam sistem pegunungan muda tertier disekeliling tanah sunda pretertier yang membentuk bagian dari sitem pegunungan Sunda seperti Sumatra. Jawa memiliki luas 127.000 km persegi dengan panjang 1000 km.Elemen struktur pokok dari pulau jawa yakni geantiklinal Jawa selatan yang memebentang sepanjang separuh selatan pulau ini dan geosinklinal jawa utara yang meliputi seluruh bagian utaranya. Dari Semarang ke timur n basin geosinklinal ini menjadi bertambah basar serta bercabang. Cabang utara yaitu merupakan bukit rembang dan Madura. Sedangkan cabang selatannya yaitu pegunungan kendeng dan selatan Madura. Sayap geantiklinal jawa dibentuk oleh pegunungan selatan yang merupakan blok pengerutan yang miring kea rah samudra hindia. Bagian puncak dari geantiklinal jawa telah hancur atau rusak serta di jawa tengah bagian selatan pegunungan selatan telah lenyap akibat depresi menengah yang dibatasi ole samudera Indonesia. Secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibedakan  menjadai tiga zona  yang membujur barat-timur (Pannekoek, 1949) yaitu Zona Selatan, Zona Tengah dan Zona Utara
JAWA BARAT
Disebelah selatan daerah ini tampak dataran pantai yang berbukit, ditengah bergunung-gunung dan bagian utaranya dataran. Topografi tersebut menandakan provinsi ini masih labil karena daerah ini terletak dijalan sirkum mediteran dan sirkum pasifik. Di provinsi ini masih terdapat aktifitas gunun berapi sehingga gempa bumi masih kerap terjadi.
Jawa barat dibagi menjadi 4 zone geomorfologis, yaitu:
1.    Zone Jakarta
                             Melajur sejajar dengan laut jawa dengan lebar kira-kira 40 km dan panjangnya mulai dari serang, kerrawang hingga cirebon.  Dataran sebagian besar terbentuk dari endapan alluvial yang terangkat oleh sungai. Disamping ditemukan rawa-rawa di zone ini ada kemungkinan bahwa dataran di kawasan Indramayu bergeser kira-kira 108 km setiap tahun ke arah laut.
2.    Zone bogor
                             Terbentang dari Rangkasbitung Subang sampai merupakan daerah petakan lipatan dibeberapa tempat yang kemungkinannya terjadi pada pliosan. Kini zone ini tampak sebagai daerah bukit rendah yang di selingi oleh bukit-bukit yang berbatu keras.
3.    Zone bandung
                             Merupakan kawasan yang bergunung api sekaligus merupakan zone depresi. Jika dibandingkan dengan  zone bogor yang mengapitnya disebelah utara dan zone pegunungan selatan di sebelah selatannya yang masing – masing mengalami proses pelipatan pada zaman tertier. Zone ini terbagi menjadi 4 :
a.    Depresi Ciancur
             Depresi Ciancur terletak pada ketinggian 70-459 meter di sebelah barat menjulang gunung salak (2211 meter) yang merupakan gunung berapi termuda. Ada pula daerah yang tertutup bahan vulkanis dari  gunung Gede (2958 meter) dan gunung Payrango (3019 meter), misalnya kota Sukabumi.
b.    Depresi Bandung
             Di provinsi Bandung adalah dataran alluvial yang subur, lebarnya mencapai 25 meter dengan ketinggian 650-675 meter. Dan dialiri oleh sungai Citarum dua deretan gunung berapi mengapit depresi ini yaitu gunung Burangrang (2064 meter), gunung Tangkuban Perahu (2076 meter) dan gunung Bukit Unggul (2203 meter) yang menjadi batas zone Bogor sedangkan dengan zone selatan dibatasi oleh gunung Malabor (23231 meter), gunung Patuha (2434 meter) dan gunung Kencana (2182 meter).
c.    Depresi Garut
             Depresi Garut memiliki lebar kurang lebih 50 km dengan ketinggian 717 meter. Merupakan daerah yang dikelilingi gunung berapi : gunung Kerosak (1630 meter) dan gunung Cikuray (2821 meter) terletak disebelah selatan. Disebelah timur terletak gunung Telaga Bodas (2201 meter) dan gunung Galunggung (2108 meter).
d.   Depresi Lembah Citanday
             Depresi lembah Citanday merupakan daerah yang ditutpi endapan alluvial dan tempat bukit-bukit yang terlipat gunung Sawol (1764 m) yang endapannya tesebar menutupi plato Rancab yang menurun ke selatan.
4.    Zone pegunungan selatan
                             Lebarnya kurang lebih 50 km, kian menyempit dibagian timur yang terbentang dari teluk pelabuhan ratu sampai kepulauan Nusa Kambangan. Zone ini mengalami pelipatan medan karena pada kaiameosin dan pengangkatan pada kala olestosin. Ini merupakan pegunungan memiliki kemiringan yang lemah ke arah selatan/samudera Hindia. Zone ini menjadi tiga (plato) yaitu :
-       Plato karang nunggal (timur) yang dialiri sungai Cibulin bermuara di samudra Hindia
-       Plato pangelengan (tengah)
-       Plato jampang (barat) : memiliki bentuk khas karena adanya tebing curam yang menjadi batas di sebelah utara. Gunung malay merupakan puncak tertinggi  di kawasan plato ini.
JAWA TENGAH
            Berdasarkan pada aspek geomorfologi regional jawa tengah dan stratigrafi, Antiklinorium Rembang ini dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu ; Lekuk Randublatung, Antiklinorium Cepu, Lekuk Lusi-Kening-Solo bagian bawah, Antiklinorium Rembang bagian utara dan Lekuk Semarang-Rembang-Laut Jawa.
Bagian tengah dari pulau jawa jauh lebih sempit daripada Jabar dan Jatim lebernya hanya ± 100-200 km. Hal ini disebabkan karena laut Jawa terbentang masuk kepedalaman dengan teluk yang lebar antara Cirebon dan Semarang sehingga tanah rendah utara lebih terbatas dan pegunungan Selatan sebagian besar tenggelam diantara Nusa Kambangan dan Pegunungan Selatan Jatim.
-          Dataran pantai utara Jateng lebar maksimum ± 20 km di sebelah selatan Brebes, dimana lembah Punali memisahkan rangkaian Bogor di Jabar dan Pegunungan Selatan jateng.
-          Lebar jarak ke timur dataran itu menyempit sampai ± 20 km di sebelah selatan Tegal dan Pekalongan untuk selanjutnya menghilang seluruhnya disebelah Timur pekalongan, dimana bagian utama pegunungan mencapai pantai.
Tanah pegunungan Jawa Tengah dibentuk oleh dua cembungan geantiklinal, yaitu :
-          Rangkaian Pegunungan Serayu Utara
Merupakan rantai penghubungan antara rangkaiian Bogor di Jabar dan pegunungan Kendeng Jateng sedangkan pegunungan Serayu Selatan merupakan sebuah elemen baru yang muncul  dari depresi  Bandung yang memanjang dari Jabar.
-          Rangkaian Pegunungan Serayu Utara
Tertutup oleh  Vulkom Slamet dan sebelah timurnya tertutup oleh Vulkanis muda seperti kelompok Dieng.
            Diantara pegunungan Serayu Selatan dan Utara terdapat sebuah depresi memenjang yaitu zone serayu dimana terletak kota-kota, Majenang, Purwokerto, Banjarnegera, Wonosobo.Di sebelah selatan pegunungan serayu selatan terdapat dataran pantai yang lebarnya antara 10-20 km. Keadaaan daerah ini sangat jelas berbeda dengan daerah selatan jabar dan Jatim yang terletak tidak lebih dari 10 m di atas muka laut.
            Tiga pegunungan pantai (shore  bars) dengan gunung-gunung pasir (dunes) setinggi 5-15 m dan lebar 100-500 jajar pantai. Bagian tengahnya terpotong Oleh pegunungan Karang Bolong yang strukturnya sama dengan pegunungan Selatan  disini telah merosot dibawah permukaan laut antara Pulau Nusa Kambangan dan muara sungai Opak (yogyakarta).
JAWA TIMUR
            Zone selatannya merupakan kelanjutan dari zone-zone selatan di Jabar dan Jateng sedangkan yang di utara yang merupakan elemen baru, baik fisiografis maupun strukturnya. Di utara Muria yang berbatuan leusit dan vulkan Lasem yang andisitis mencerminkan tidak semuanya dengan seri-seri utara vulkom Jawa. Muria dulunya sebuah pulau.
            Di sebelah selatannya terdapat sejumlah pegunungan yang arahnya kurang lebih timur, barat tiap-tiap pegunungan tersebut diselingi oleh dataran aluvial . antiklimak rembang lebarnya rata-rata 50 km dan kebanyakan mencapai pantai utara dan dari sana dipisahkan oleh posisi sempit dengan bukit pasir.
            Bukit-bukit rembang ini dipisahkan oleh lembah synklinal dengan pegunungan  disebut zone rontablatung dan letaknya membujur dari Semarang- Wonokromo di Surabaya. Pegunungan kendang atau anti klonorium kendang ialah lanjutan dari Serayu utara di Jateng. Di sebelah selatan  Semarang pegunungan ini lebarnya ± 40 km dan makin ke timur makin menyempit. Tingginya kurang lebih 500 m. Dekat Ngawi pegunungan ini secara melintang terpotong oleh sungai solo sehingga terbagi menjadi bagian barat dan bagian timur.
            Diantara pegunungan kendang dan pegunungan selatan Jatim terjadilah zone depresi yang keadaan fisiografisnya dan tektonisnya  sama dengan zone Bandung.Depresi yang memanjang ini sebagian terisi dan tertutup oleh sederetan gunung-gunung api muda dan dapat dibagi lagi menjadi 3 jalur yang sejajar, yaitu :
-          Sub zone ngawi
Adalah depresi synklinal yang membatasi pegunungan kendang disisi selatannya dan dianggap sebagai lanjutan zone serayu di Jateng. Strukturil zone ngawi memanjang ke timur sampai pantai utara Jazirah Jatim.
-          Zone  solo
Dibentuk oleh sederetan besar vulkanik-vulkanik kwarter dengan dataran-dataran pegunungan yang dimulai dengan Sundoro dan Sumbing Jawa Tengah sampai di timur.
-          Sub zone blitar
Terletak di sebelah selatan zone solo. Sub zone Blitar ini di bagian selatanya dibatasi oleh pegunungan selatan dan Jatim. Seperti halnya Jabar pegunungan Selatan Jatim pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah Selatan (samudra hindia). Batas utaranya dibatasi oleh escarpment yang ruwet
            Pegunungan selatan Jatim yaitu antara sungai opak dan pacitan sebagian besar terdiri dari kapur dengan tipe keras yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu. Bagian utara pegunungan ini terdiri dari endapan vulkanis tua dan juga menunjukkan adanya sisa (bekas) peneplain kwarter. Sedangkan bagian selatannya dibatasi oleh eliff-eliff abrasi yang terjal sepanjang samudra Hindia.
CONTOH AKIBAT GEOMORFOLOGI BAGI KEHIDUPAN
Pada cekungan ini terisi berbagai material batuan lepas (sedimen) yang umumnya berasal dari daratan Jawa Timur dan Madura. Berdasarkan peta sebaran sedimen permukaan dasar laut di cekungan ini, memperlihatkan bahwa sedimen lempung dan lumpur menempati sebagian besar laut ini, dan lanau sampai lanau pasiran umumnya menempati sebagian kecil dan hanya pada wilayah pesisir. Kecuali lanau dan lanau pasiran di perairan Gresik sampai Surabaya yang membentuk pola sebaran yang menunjukkan sumber sedimen berasal dari selat Gresik-Madura dan laut jawa.
Adanya fenomena alam Lumpur LAPINDO di Sidoarjo,sangat merugikan warga yang ada di sekitarnya.Selain menenggelamkan rumah penduduk juga menimbulkan bau yang tidak sedap yang menyebabkan polusi udara. Masyarakat disekitar lumpur LAPINDO pun terpaksa mengungsi segala aktifitas pun menjadi terhambat.lumpur Porong Sidoarjo menjadi Kawasan Rawan Bencana, dan tidak ada pilihan lain Tempat Penempatan Akhir (TPA) lumpur adalah ke laut Selat Madura.
Cekungan laut Selat Madura bagian selatan secara administratif terletak di Provinsi Jawa Timur dan secara geografis cekungan ini terletak pada posisi 114010’25”BT -114013’58”BT , 801’8”LS – 803’28”LS (gambar 1). Di sebelah barat cekungan ini berbatasan dengan daratan Jawa Timur (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan) yang dibatasi oleh garis pantai Surabaya di utara, pantai Sidoarjo sampai kawasan pantai Pasuruan di selatan. Pada kawasan pantai-pantai ini bermuara Kali Surabaya, Kali Porong, dan Sungai Brantas. Di sebelah Selatan, cekungan ini berbatasan juga dengan daratan Jawa Timur (Kabupaten Probolinggo), dibatasi oleh kawasan garis pantai Pasuruan di barat, pantai Probolinggo, sampai pantai Besuki di timur, dimana pada kawasan pantai ini dicirikan oleh kehadiran tinggian Gunung Argopuro di Kecamatan Besuki. Di sebelah Timur cekungan ini berbatasan dengan Laut Bali yang dicirikan oleh perubahan kontras kedalaman yaitu mulai dari -150 m. Adapun batas bagian utara cekungan ini adalah kawasan pantai selatan pulau Madura yang termasuk ke dalam Kebupaten Sampang dan Pamekasan.


Cekungan Selat Madura
Pada kajian ini dibahas tentang adanya perubahan geomorfologi dasar laut Madura sebagai ”Cekungan Moderen” dan cenderung terus menurun dari hasil penelitian-penelitian terdahulu. Kajian dilakukan secara terintegrasi yang bersumber dari laporan hasil penelitian di Selat Madura oleh Puslitbang Geologi Kelautan (1995) dan peta publikasi Indonesia Hydrographic Chart 1951 US Army Maps yang menyangkut aspek perubahan geomorfologi dasar laut.
Rencana penempatan lumpur Porong ke laut perairan Selat Madura merupakan pilihan yang dianggap paling aman, dan penempatan lumpur diupayakan berada pada kondisi dasar laut yang stabil dimana fenomena alam lebih kecil pengaruhnya. Idealnya penempatan lumpur porong di dasar laut ini harus memenuhi kriteria kondisi geomorfologi dan oseanografi disekitar perairan Selat Madura, hal ini bertujuan untuk menekan dampak sekecil mungkin dari akibat penempatan lumpur ke laut Selat Madura.

Sumber :
1.      Modul Geomorfologi Indonesia oleh I Wayan Treman tahun 2004
2.      Geomorfologi Regional Jawa Tengah diakses tanggal 6 November 2009 dari http://seoulmate.dagdigdug.com/geomorfologi-regional-jawa-tengah/
3.      Geomorfologi diakses tanggal 6 November 2009 dari http://dalilanurqifthiyyah.ngeblogs.com/2009/10/06/geomorfologi/
4.      Geomorfologi diakses tanggal 6 November 2009 dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/geomorfologi/
5.      Geomorfologi diakses tanggal 6 November 2009 dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/geomorfologi-6/











Tidak ada komentar:

Posting Komentar