Selasa, 03 Januari 2012

KONDISI GEOLOGI DAN TOPOGRAFI PULAU BALI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Blakang
Study geomorfologi merupakan studi yang menitik beratkan pada bentukanlahan penyusun konfigurasi permukaan bumi. Sedangkan konfigurasi permukaan bumi merupakan pencerminan dari intraksi proses endogen dan eksogen. Kofigurasi permukaan bumi yang dibentuk oleh pross-proses endogen merupakan unit geomorfologi yang bersifat kontruksional, yang dipengaruhi oleh factor-faktor  geologi dan topografi.
Kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, juga memiliki peran yang sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Hal ini terkait dengan dikemukakannya konsep-konsep geomorfologi oleh Thornbury, (1958), yang salah satu konsepnya menyatakan Geologic Structure is a dominant contol factor in the evolution of landforms and is reflected in them. (struktur geoligi merupakan factor pengontrol yang dominan didalam evolusi bentuk lahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahan).
Permukaan bumi yang senantiasa mengalami perubahan bantuk dari waktu-kewaktu swbagai akibat dari proses geomorfologi , baik yang bersasl dari dalam  bumi (endogen),  maupun proses geomorfologi yang berasal dari luar bumi (eksogen). Peoses endogen tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan struktur geologi antara lain berupa  stuktur horizontal, lipatan, sesar atau blok, struktur volkan, dan pegunungan kompleks.
Sedangkan factor topografi yang menekankan pada relief muka bumi terbentuk setelah terjadinya proses geomorfologi tersebut, sehingga menghasilkan kenampakan bentang alam atau bentuklahan yang beragam akibat perubahan bentuk permukaan bumi. Proses tersebut menyangkut semua perubahan baik fisik maupun kimia yang terjadi di permukaan bumi oleh semua tenaga yang ditimbulakan oleh medium alami yang berada di permukaan bumi temasuk di atmosfer, atau sering disebut tenaga-tenaga geomorfologis.
Tidak ada tempat di muka bumi ini yang tidak mengalami proses geomorfologi, termasuk pulau Bali sendiri. Bali merupakan salah satu nama pulau yang terletak di gugusan pulau-pulau sunda kecil. Secara astronomis pulau Bali terletak pada 8o3’40 – 8o50’48’’ Lintang Selatan dan 114o25’40 – 115o42’40’’ Bujur Timur (peta bali,). Sedangkan secara geografis pulau Bali terletak diantara pulau Jawa di sebelah barat  yang diabatasi oleh Selat Bali, dan pulau Lombok di sebelah timur yang dibatasi oleh Selat Lombok. Sedangkan di sebelah utara dibatasi oleh Laut Bali, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
            Secara administrasi Pulau bali termasuk daerah  administratif provinsi Bali, yang terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota madya, yaitu kabupaten Jemberana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, Bangli, Buleleng, Kota Madya Denpasar, yang juga merupakan ibukota dari provinsi. Selain Pulau Bali, Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulaiu kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan,Nusa Ceningan di wilayah kabupaten Klungkung. Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan pulau Menjangan di wilayah Kabupaten Buleleng.
           
1.2.   Rumusan Masalah
Dari latar blakang diatas dapat diatrik rumusan masalah
1.2.1. Bagaimana  kondisi geologi pulau bali?
1.2.2. Bagaimana kondisi geomorfologis pulau Bali?


1.3.   Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulis dapat menyajikan  tujuan, yaitu:
1.3.1.   Mengetahui kondisi geologi pulau Bali!
1.3.2.   Mengetahui kondisi geomorfologi pulau Bali!
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu, secara khusu untuk memenuhi tugas mata kuliah geomorfologi Indonesia yang dibebankan kepada kami. Dan secara umum makalah ini dapat memberikan gambaran secara umum mengenai kondisi giologi dan topografi Pulau Bali.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kondisi  Geologi pulau Bali
                       
Gambar : Citra pulau Bali
            Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.
Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara. Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.
Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg, (1909) dalam  K.M Ejasta,(1995), secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
1. Formasi Ulakan
  Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari stumpuk batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan. Nama formasi Ulakan diambil dari nama kampung Ulakan yang terdapat di tengah sebaran formasi itu.
Bagian atas formas ulakan adalah formasi Surga  terdiri dari tufa, nafal dan batu pasir. Singkapan yang cukup luas terdapat dibagaian tengah daerah aliran sungai Surga. Disini batuan umumnya miring kearah selatan atau sedikit menenggara (170-190o) dengan kemiringan lereng hingga cukup curam (20-50o). singkapan lain berupa jendela terdapat di baratdaya Pupuan, dengan litologi yang mirip.
2. Formasi Selatan
         Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar berupa batugamping keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M Ejasta, (1995) tebalnya berkisar 600 meter, dan kemiringa menuju keselatan antara 7-10o . kandungan fosil yang terdiri dari Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp, menunjukan berumur Miosen. Selain di semananjung selatan, formasi ini juga menempati Pulau Nusa Penida.

3.      Formasi Batuan Gunungapi Pulaki
         Klompok batuan ini berumur pliosin, merupakan klompok batuan beku yang umumnya bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya terbatas di dekat Pulaki. Meskipu dipastikan berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak lagi dapat dikenali. Di daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat-timur, setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air panas yang terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan denga jalur datar di utara, dapat dianggap sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme, dengan panas mencapai 470 C dan bau belerang agak keras.
4.      Formasi Prapatagung
         Klompok  batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah Prapatagung di ujung barat Pulau Bali. Selai batugamping dalam formasi ini terdapat pula batu pasir gampingan dan napal.

5.      Formasi Asah
         Klompok batuan ini brumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke timur hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari breksi yang beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian. Batuan ini umumnya keras karena perekatnya biasanya gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang kerapkali menunjjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umunya berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang menunjukan suasana pengendapan laut.
6.      Formasi batuan gunungapi kuarter  bawah
         Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung api. berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali ditempati oleh bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan tufa. Batuan yang ada basal, tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya terdapat sedimen yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah, seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan.
         Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak  bukit rendah yang merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat dan diatasnya menimbun longgokan kedalam formasi Palasari, suatu bentukan muda karena pengungkitan endapan disepanjang tepi laut.
7.      Formasi batuan gunungapi kwarter
Kegiaan  vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan batuan tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur, batuan gunungapi  Gunung Batur, batuan gunungapi Gunung Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan batuan gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang dan gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya hanya dua yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam Kaldera Batur.
Stratigrafi regional pulau Bali
berdasarkan Peta Geologi Bali menurut  Dony Purnomo,
 (2010).
Kala Geologi
Formasi
Kwarter
Endapan aluvium terutama di sepanjang pantai,
tepi Danau Buyan, Bratan, dan Batur

Batuan gunung api dari krucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang, Gunung Lesung

Lava dari Gunung Pawon

Batuan dari gunung api Gunung Batukaru

Batuan gunung api Gunung Agung

Batuan gunung api Gunung Batur

Tufa dari endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur
Kwarter bawah
Formasi Palasari: konglomerat, batu pasir,
batu gamping terumbu

Batuan gunung api Gunung Sraya
Batuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan Batur Purba

Batuan gunung api Jembrana: lava, breksi, dan tufa
dari Gunung Klatakan, Gunung Merbuk, Gunung Patas,
dan batuan yang tergabung
Pliosen
Formasi Asah: lava, breksi, tufa batuapung,
dengan isian rekahan bersifat gampingan

Formasi Prapat Agung: batu gamping, batu pasir gampingan,
napal

Batuan gunung api Pulaki: lava dan breksi
Miosen - Pleosen
Formasi Selatan: terutama batugamping
Miosen Tengah-Atas
Formasi Sorga: tufa, napal, batu pasir
Miosen Bawah-Atas
Formasi Ulukan: breksi gunung api, lava, tufa
dengan sisipan batuan gampingan

2.2.  Kondisi Topografi  Pulau Bali
            Topografi yang merupakan studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alas an, diantaranya perencanaan militer dan eksflorasi geologi, serta untuk kebutuhan kontruksi sipil atau pekerjaan umum (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Secra garis besar kondisi Topografi pulau Bali dapat dibagi menjadi tga zona yaitu zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara. (Arimuhaimin, 2010)
a.       Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara sungai. Pada pantai selatan yang berbatu gamping banyak terbentuk cliff dan terjadi abrasi membentuk lereng yang sangat curam. Perbukitan kapur banyak terdapat singkapan batuan gamping terumbu karang yang mengandung fosil dari formasi palasari. Pantai bertebing terjal, yang terjadi karena abrasi laut yang sangat kuat sedang batuan induknya breksi vulkanik. Beting gisik dan sand dunes yang terdapat di pantai selatan Bali.
b.      Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung, gunung Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan. Berlereng curam dan banyak kenampakan danau tektonik seperti danau Batur, Beratan, buyan dan Tamblingan.
c.       Daerah utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi material aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500 meter dan kemiringan 15-40%. Bukit-bukit rendah terdiri dari batuan umur tersier yang berlipat, sering batuan tersier yang sudah tertutup oleh endapan vulkanik muda tersingkap.
         Sedangkan dalam( K.M Ejasta, 1995) topografi Pulau Bali secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bentukan yaitu dataran aluvial, dataran atau komplek daerah volkanik, dan daerah batu gamping selatan.
1.      Dataran aluvial
         Datarn alivial merupakan daerah penimbunan (sedimentasi), dan pada dasarnya bentuklahan yang disebabkan oleh proses fluvial atau bentuklahan yang terjadi akibat proses air mengalir baik yang memusat (sungai) maupun oleh aliran permukaan bebas (overland flow). (Suprapto Dibyosaputro, 1997)
         Dataran aluvial di Pulau Bali dapat di bagi menjadi dua, yaitu dataran aluvial selatan dan dataran alluvial pantai utara.
a.       Dataran Alluvial Selatan
         Wilayah ini melipti sebagian besar kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, dan Klungkung, dengan tofografi yang landai sampai datar, terdiri dari endapan material flovio fulkanik. Karakteristik tanah yang ada lebih banyak dipengaruhi oleh lamanya material-material volkanis tersebut mengalami pelapukan dan endapan yang terjadi akibat adanya luapan air sungai yang membawa sedimen disaat banjir maka struktur endapan pada dataran alluvial berlapis horizontal pada elevasi yang rendah.
         Lebih keselatan sekitar Lapangan Terbang Ngurah Rai terdapat dataran sempit (tombolo), yang menghubungkan datran utama Bali dengan pegunungan kapur selatan. Tombolo ini terbentuk akibat adanya arus dan ombak kearah darat. Materian penyusun tombolo ini merupakan endapan marin.
b.      Dataran Alluvial Pantai Utara
         Wilayah ini membentang disepanjang pantai utara Bali, atau dapat disebutlkan sebagai jalur dataran aluvial yang sempit. Topografi dataran aluvial utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Berdasarka data curah hijan jalur ini termasuk daerah kering. Pada jalur antara Kubutambahan disebelah timur dan Tukad Gemgem disebelah barat terdapat benyak meta air, sehingga daerah ini tidak nampakk kering. Disebelah timur Kubutambahan mata air sudah hampit tidak ada, sering terjadi banjir yang deras dimusim penghujan. Pada musim kemarau sungai itu kering, dan tidak dapat digunakan untuk pertanian.
2.      Daerah Batu Gamping Selatan
     Daerah ini terdapat di semenanjung Bali bagian selatan dan juga Nusa Penida. Daerah batuan gamping (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida) mempunyai kemiringan lereng landai sampai agak terjal (3 – 50 %) dengan beberapa tempat >30 %, terutama pada tebing-tebing laut, terletak pada ketinggian 0 – 210 meter di atas permukaan laut. Tingkat erosi permukaan kecil hingga sedang dengan beberapa tempat merupakan daerah abrasi dan berpotensi gerakan tanah berupa amblasan. .Pada garis besarnya karakteristik lahan pegununga kapur selatan ini mirip dengan pegunungan batu gamping barat. Bedanya di bagian selatan terdapat dua jenis kapur yaitu koral dan marl. Kapur koral berkembang menjadi topografi berbukit-bukit dengan kemiringan lereng lebih terjal dari marl. Karakteristik lahan yang lain serupa dengan daerah batu gamping barat.




3.      Komplek daerah vulkanik
           Vulkanisme ialah peristiwa alam yang berhubungan dengan pembentukan gunung api, yaitu pergerakan magma di kulit bumi (litosfer) menyusup ke lapisan lebih atas atau keluar permukaan bumi. Di permukaan bumi ini banyak berbagai bentukan yang berkaitan dengan vulkanisme, diantaranya gerak tektonik adalah semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak ini dibedakan menjadi gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.
           Komplek daerah volkanik di Bali dapat dibagi menjadi empat komplek  yaitu:
a.       Komplek Vulkanik di Bali Bagian Barat
         Wilayah ini meliputi daerah pegunungan mulai dari Gunung Patas kearah barat sampai dekat Gilimanuk. Puncak-puncak separti gunung kelatakan, gunung sangiang, gunung Merbuk, dan Gunung Mesehe termasuk didalam unit ini. Jenis batuannya lava breksi, batu pasir, dan tufa merupakan bahan induk tanah yang terbentuk di daerah yang bertofografi barat ini.

b.      Komplek Gunungapi Buyan - Beratan
         Gunung Buyan - Beratan adalah komplek pegunungan di bagian tengah Bali, dan puncak-puncak gunung yang saat dapat kita lihat seperti membentengi daerah tersebut merupakan bagian dari gunungapi Beratan Buyan purba. Tetapi karena proses geomorfologi juga terjadi di sana sepeti terjadinya proses denudasi, sehingga kenampakannya kini telah berubah dan kaldera gunung beratan buyan kini kenampakannya tidak sejelas kaldera yang terdapat di Gunung Batur. Daerah ini mempunyai kemiringan yang landai sampai  terjal di beberapa tempat. Daerah ini berada di dataran tinggi yang subur sehingga lahan di daerah Candikuning dan Pancesari dominan dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
c.       Gunung api Batur
                             Menurut Kemmerling, (1918) dan Stehn, (1928) dalam I.S. Sutawidjaja, dkk, (1990). Kaldera Batur merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x 10 km. Kaldera ini tertutup dari segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949) dalam (I.S. Sutawidjaya, 1990). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m  2152 m (Puncak G. Abang). Di dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk  melingkar dengan garis tengah lk. 7 km. Dasar Kaldera  II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I).  Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya lk. 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya lk. 22 km, luasnya lk. 16 km2. Tinggi permukaan air 1031 m di atas muka laut. Danau tersebut terjadi karena suatu penurunan dasar (“Slenk”, “graben”). Menurut van Bemmelen (1949) diperkirakan terbentuk bersamaan dengan pembentukan Kaldera II; menurut Stehn (1926) terbentuknya kemudian.
Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur. Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan strobolian. leelran lava terbanyak terjadi pada bulan September 1963 menutupi daerah seluas lk. 5.967.550 m2.  Letusan terakhir terjadi 7 Juli 2000, sebanyak 3 kejadian, pusat letusan dari Kawah 1999. Letusan disertai lontaran piroklastik, seperti pasir, lapili dan bongkah mengendap dengan radius lk. 100 m dari bibir kawah. Asap letusan mencapai tinggi lk. 300 m di atas bibir kawah. Aktifitas vulkanik G. Batur purna letusan Juli 2000, berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-kawahnya.

d.      Komplek Gunung Agung dan Gunung Seraya
         Komplek ini terletak pada bagian timur pulau Bali  dengan  titik tertinggi sekaligus titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m (dpal) dan terakhir meletus pada Maret 1963. merupakan komplek gunungapi yang cukup luas.  Disebelah timur klungkung terdapat medan lahar yang cukup luas dari hasil letusan gunung Agung. Timbunan lahar yang sangat luas juga terdapat di lereng utara Gunung Agung, mulai dari Batudawa disebelah barat Culik, dekat Tianyar. Diantara medan lahar tersebut terdapat deretan pegunungan yang terbentuk dari aliran lava pada periode erupsi sebelumnya. Medan lahar berupa batu-batu, krikil campur pasir, aliran lava berupa masa padat yang  besar dari batuan beku berongga, berwarna coklat merah.

         Gunung Seraya memiliki karakteristik lahan yang berbeda dengan gunung Agung. Gunungapi ini sudah tidak aktif pada periode yang cukup lama, sehingga proses denudasi lebih dominan membentuk lembah-lembah bekas pengikisan yang sangat dalam. Denudasi yang lanjut ini mengakibatkan solum tanah tipis pada lereng-lerengnya, sedangkan pada bagian yang agak datar solum tanahnya tebal berwarna coklat dengan tekstur liat berdebu.

e.       Depresi Karangasem
         Terdapat disebalah barat daerah Gunung Seraya. Daerah ini lebih hijau dibandingkan dengan di sekitarnya. Ini disebabkan karena daerah ini mendapat rembesan air tanah yang keluar dari lapisan-lapisan tanah Gunung Agung, dan sungai-sungai pada daerah ini tidak kering pada musim kemarau.

f.       Gugusan bukit Sidemen
         Terdapat di sebelah barat depresi Karangasem, terdiri dari barisan bukit-bukit yang renadah, dengan tinggi tidak melebihii 800 m. gugusan Bukit Sidemen ini dipisahkan dengan gunung Gunung Agung oleh sebuah pelana yang dinamakan Sebetan. Sedangkan material bukit ini terdiri dari lapisasn breksi.















BAB III
PENUTUP

3.1.Simpulan
Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan.
secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
1.      Formasi Ulakan
2.       Formasi Selatan
3.      Formasi Batuan Gunungapi Pulaki
4.      Formasi Prapatagung
5.      Formasi Asah
6.      Formasi batuan gunungapi kuarter  bawah
7.      Formasi batuan gunungapi kwarter
Sedangkan secra garis besar kondisi pulau Bali dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara.
a.       Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara sungai.
b.      Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung, gunung Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan
c.       Wilayah utara Bali berupa aluvial pantai dan di bagian selatan terdiri atas perbukitan. Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi material aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500         
3.2.Saran
Adapun saran dari penulis, setelah pembaca membaca makalah ini diharapkan dapat memahami isi dari makalah ini sehingga kedepannya, pengetahuan tersebut dapat bermanfaat bagi kita semua kahususnya dalam bidang pendidikan dan pembangunan yang berwawasan geografi.

1 komentar:

  1. bagus mas, tapi bisa minta daftar pustaka nya.. saya sangat perlu mas,... trimaksih

    BalasHapus