BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Blakang
Study geomorfologi merupakan
studi yang menitik beratkan pada bentukanlahan penyusun konfigurasi permukaan
bumi. Sedangkan konfigurasi permukaan bumi merupakan pencerminan dari intraksi
proses endogen dan eksogen. Kofigurasi permukaan bumi yang dibentuk oleh
pross-proses endogen merupakan unit geomorfologi yang bersifat kontruksional,
yang dipengaruhi oleh factor-faktor
geologi dan topografi.
Kondisi geologi
yang bervariasi di setiap wilayah, juga memiliki peran yang sangat besar bagi
terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Hal ini terkait dengan
dikemukakannya konsep-konsep geomorfologi oleh Thornbury, (1958), yang salah
satu konsepnya menyatakan Geologic
Structure is a dominant contol factor in the evolution of landforms and is
reflected in them. (struktur geoligi merupakan factor pengontrol yang
dominan didalam evolusi bentuk lahan dan struktur geologi dicerminkan oleh
bentuklahan).
Permukaan bumi
yang senantiasa mengalami perubahan bantuk dari waktu-kewaktu swbagai akibat
dari proses geomorfologi , baik yang bersasl dari dalam bumi (endogen), maupun proses geomorfologi yang berasal dari
luar bumi (eksogen). Peoses endogen tersebut sangat berpengaruh terhadap
pembentukan struktur geologi antara lain berupa
stuktur horizontal, lipatan, sesar atau blok, struktur volkan, dan
pegunungan kompleks.
Sedangkan factor
topografi yang menekankan pada relief muka bumi terbentuk setelah terjadinya
proses geomorfologi tersebut, sehingga menghasilkan kenampakan bentang alam
atau bentuklahan yang beragam akibat perubahan bentuk permukaan bumi. Proses
tersebut menyangkut semua perubahan baik fisik maupun kimia yang terjadi di
permukaan bumi oleh semua tenaga yang ditimbulakan oleh medium alami yang
berada di permukaan bumi temasuk di atmosfer, atau sering disebut tenaga-tenaga
geomorfologis.
Tidak ada tempat
di muka bumi ini yang tidak mengalami proses geomorfologi, termasuk pulau Bali
sendiri. Bali merupakan salah satu nama pulau yang terletak di gugusan
pulau-pulau sunda kecil. Secara astronomis pulau Bali terletak pada 8o3’40
– 8o50’48’’ Lintang Selatan dan 114o25’40 – 115o42’40’’
Bujur Timur (peta bali,). Sedangkan secara geografis pulau Bali terletak
diantara pulau Jawa di sebelah barat
yang diabatasi oleh Selat Bali, dan pulau Lombok di sebelah timur yang
dibatasi oleh Selat Lombok. Sedangkan di sebelah utara dibatasi oleh Laut Bali,
dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
Secara
administrasi Pulau bali termasuk daerah
administratif provinsi Bali, yang terbagi menjadi delapan kabupaten dan
satu kota madya, yaitu kabupaten Jemberana, Tabanan, Badung, Gianyar,
Klungkung, Karangasem, Bangli, Buleleng, Kota Madya Denpasar, yang juga
merupakan ibukota dari provinsi. Selain Pulau Bali, Provinsi Bali juga terdiri
dari pulau-pulaiu kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan,Nusa
Ceningan di wilayah kabupaten Klungkung. Pulau Serangan di wilayah Kota
Denpasar, dan pulau Menjangan di wilayah Kabupaten Buleleng.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari
latar blakang diatas dapat diatrik rumusan masalah
1.2.1. Bagaimana kondisi geologi pulau bali?
1.2.2. Bagaimana kondisi
geomorfologis pulau Bali?
1.3.
Tujuan
Sesuai
dengan rumusan masalah diatas, penulis dapat menyajikan tujuan, yaitu:
1.3.1. Mengetahui
kondisi geologi pulau Bali!
1.3.2. Mengetahui
kondisi geomorfologi pulau Bali!
1.4.
Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu,
secara khusu untuk memenuhi tugas mata kuliah geomorfologi Indonesia yang
dibebankan kepada kami. Dan secara umum makalah ini dapat memberikan gambaran
secara umum mengenai kondisi giologi dan topografi Pulau Bali.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Kondisi Geologi pulau Bali
Gambar
: Citra pulau Bali
Kondisi geologi
regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen Bawah
yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu
gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian
membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya
terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh
daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan
pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan
satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan
organik atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah
utara terjadi endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian
menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas
permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat
lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.
Kegiatan gunung
api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke
timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera
Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan
yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari
terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang
Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian
Utara. Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali
tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.
Menurut
Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg, (1909) dalam K.M Ejasta,(1995), secara geologi pulau bali
masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis besar batuan di Bali
dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
1. Formasi Ulakan
Formasi ini merupakan formasi tertua berumur
Miosen Atas, terdiri dari stumpuk batuan yang berkisar dari lava bantal dan
breksi basal dengan sisipan gampingan. Nama formasi Ulakan diambil dari nama
kampung Ulakan yang terdapat di tengah sebaran formasi itu.
Bagian atas
formas ulakan adalah formasi Surga
terdiri dari tufa, nafal dan batu pasir. Singkapan yang cukup luas
terdapat dibagaian tengah daerah aliran sungai Surga. Disini batuan umumnya
miring kearah selatan atau sedikit menenggara (170-190o) dengan kemiringan
lereng hingga cukup curam (20-50o). singkapan lain berupa jendela
terdapat di baratdaya Pupuan, dengan litologi yang mirip.
2. Formasi Selatan
Formasi
ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar berupa batugamping
keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M Ejasta, (1995) tebalnya berkisar 600
meter, dan kemiringa menuju keselatan antara 7-10o . kandungan fosil
yang terdiri dari Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp,
menunjukan berumur Miosen. Selain di semananjung selatan, formasi ini juga
menempati Pulau Nusa Penida.
3. Formasi
Batuan Gunungapi Pulaki
Klompok
batuan ini berumur pliosin, merupakan klompok batuan beku yang umumnya bersifat
basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya terbatas di dekat Pulaki. Meskipu
dipastikan berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak lagi dapat
dikenali. Di daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat-timur,
setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air panas yang
terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan denga jalur datar di utara, dapat
dianggap sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme, dengan panas mencapai 470
C dan bau belerang agak keras.
4. Formasi
Prapatagung
Klompok batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah
Prapatagung di ujung barat Pulau Bali. Selai batugamping dalam formasi ini
terdapat pula batu pasir gampingan dan napal.
5. Formasi
Asah
Klompok
batuan ini brumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke timur hingga di
baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari breksi yang
beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian. Batuan ini umumnya
keras karena perekatnya biasanya gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang
kerapkali menunjjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umunya
berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang menunjukan suasana
pengendapan laut.
6. Formasi
batuan gunungapi kuarter bawah
Kwarter
di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung api. berdasarkan
morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali ditempati oleh
bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan tufa. Batuan yang ada basal,
tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut
dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya
terdapat sedimen yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah,
seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan.
Pada
daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak bukit rendah yang merupakan trumbu terbentuk
pada alas konglomerat dan diatasnya menimbun longgokan kedalam formasi
Palasari, suatu bentukan muda karena pengungkitan endapan disepanjang tepi
laut.
7. Formasi
batuan gunungapi kwarter
Kegiaan vulkanis pada kwarter menghasilkan
terbentuknya sejumlah kerucut yang umumnya kini telah tidak aktif lagi.
Gunungapi tersebut menghasikan batuan tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan
Batur, batuan gunungapi Gunung Batur,
batuan gunungapi Gunung Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung
Pawon dan batuan gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung
Sangiang dan gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya
hanya dua yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam
Kaldera Batur.
Stratigrafi regional pulau Bali
berdasarkan Peta Geologi Bali
menurut Dony Purnomo,
(2010).
Kala Geologi
|
Formasi
|
Kwarter
|
Endapan aluvium
terutama di sepanjang pantai,
tepi Danau Buyan,
Bratan, dan Batur
|
|
Batuan gunung api dari
krucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang, Gunung Lesung
|
|
Lava dari Gunung Pawon
|
|
Batuan dari gunung api
Gunung Batukaru
|
|
Batuan gunung api
Gunung Agung
|
|
Batuan gunung api
Gunung Batur
|
|
Tufa dari endapan
lahar Buyan-Bratan dan Batur
|
Kwarter bawah
|
Formasi Palasari:
konglomerat, batu pasir,
batu gamping terumbu
|
|
Batuan gunung api
Gunung Sraya
Batuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan Batur Purba |
|
Batuan gunung api
Jembrana: lava, breksi, dan tufa
dari Gunung Klatakan, Gunung
Merbuk, Gunung Patas,
dan batuan yang
tergabung
|
Pliosen
|
Formasi Asah: lava,
breksi, tufa batuapung,
dengan isian rekahan
bersifat gampingan
|
|
Formasi Prapat Agung:
batu gamping, batu pasir gampingan,
napal
|
|
Batuan gunung api
Pulaki: lava dan breksi
|
Miosen - Pleosen
|
Formasi Selatan:
terutama batugamping
|
Miosen Tengah-Atas
|
Formasi Sorga: tufa,
napal, batu pasir
|
Miosen Bawah-Atas
|
Formasi Ulukan: breksi
gunung api, lava, tufa
dengan sisipan batuan
gampingan
|
2.2.
Kondisi Topografi Pulau Bali
Topografi yang
merupakan studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit
alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas,
topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan
identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata
itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari
topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada
koordinat secara horizontal seperti garis
lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk
bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alas an,
diantaranya perencanaan militer dan eksflorasi geologi, serta untuk kebutuhan
kontruksi sipil atau pekerjaan umum (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas).
Secra garis
besar kondisi Topografi pulau Bali dapat dibagi menjadi tga zona yaitu zona
Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara. (Arimuhaimin, 2010)
a. Topografi
zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-plato yang
terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak terdapat
di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara sungai. Pada
pantai selatan yang berbatu gamping banyak terbentuk cliff dan terjadi abrasi
membentuk lereng yang sangat curam. Perbukitan kapur banyak terdapat singkapan
batuan gamping terumbu karang yang mengandung fosil dari formasi palasari.
Pantai bertebing terjal, yang terjadi karena abrasi laut yang sangat kuat
sedang batuan induknya breksi vulkanik. Beting gisik dan sand dunes yang
terdapat di pantai selatan Bali.
b. Daerah
tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung, gunung Batur, gunung
Lessung, dan gunung Bratan. Berlereng curam dan banyak kenampakan danau
tektonik seperti danau Batur, Beratan, buyan dan Tamblingan.
c.
Daerah utara Bali berupa aluvial pantai dengan
kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri
atas perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng
2-15%. Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi
material aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500 meter dan
kemiringan 15-40%. Bukit-bukit rendah terdiri dari batuan umur tersier yang
berlipat, sering batuan tersier yang sudah tertutup oleh endapan vulkanik muda
tersingkap.
Sedangkan
dalam( K.M Ejasta, 1995) topografi Pulau Bali secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga bentukan yaitu dataran aluvial, dataran atau komplek daerah
volkanik, dan daerah batu gamping selatan.
1. Dataran
aluvial
Datarn
alivial merupakan daerah penimbunan (sedimentasi), dan pada dasarnya
bentuklahan yang disebabkan oleh proses fluvial atau bentuklahan yang terjadi
akibat proses air mengalir baik yang memusat (sungai) maupun oleh aliran
permukaan bebas (overland flow). (Suprapto Dibyosaputro, 1997)
Dataran
aluvial di Pulau Bali dapat di bagi menjadi dua, yaitu dataran aluvial selatan
dan dataran alluvial pantai utara.
a. Dataran
Alluvial Selatan
Wilayah
ini melipti sebagian besar kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, dan Klungkung,
dengan tofografi yang landai sampai datar, terdiri dari endapan material flovio
fulkanik. Karakteristik tanah yang ada lebih banyak dipengaruhi oleh lamanya
material-material volkanis tersebut mengalami pelapukan dan endapan yang
terjadi akibat adanya luapan air sungai yang membawa sedimen disaat banjir maka
struktur endapan pada dataran alluvial berlapis horizontal pada elevasi yang
rendah.
Lebih
keselatan sekitar Lapangan Terbang Ngurah Rai terdapat dataran sempit
(tombolo), yang menghubungkan datran utama Bali dengan pegunungan kapur
selatan. Tombolo ini terbentuk akibat adanya arus dan ombak kearah darat.
Materian penyusun tombolo ini merupakan endapan marin.
b. Dataran
Alluvial Pantai Utara
Wilayah
ini membentang disepanjang pantai utara Bali, atau dapat disebutlkan sebagai
jalur dataran aluvial yang sempit. Topografi dataran aluvial
utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah
utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian
antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Berdasarka
data curah hijan jalur ini termasuk daerah kering. Pada jalur antara
Kubutambahan disebelah timur dan Tukad Gemgem disebelah barat terdapat benyak
meta air, sehingga daerah ini tidak nampakk kering. Disebelah timur
Kubutambahan mata air sudah hampit tidak ada, sering terjadi banjir yang deras
dimusim penghujan. Pada musim kemarau sungai itu kering, dan tidak dapat
digunakan untuk pertanian.
2. Daerah
Batu Gamping Selatan
Daerah
ini terdapat di semenanjung Bali bagian selatan dan juga Nusa Penida. Daerah batuan gamping
(Bukit Jimbaran dan Nusa Penida) mempunyai kemiringan lereng landai sampai agak
terjal (3 – 50 %) dengan beberapa tempat >30 %, terutama pada tebing-tebing
laut, terletak pada ketinggian 0 – 210 meter di atas permukaan laut. Tingkat
erosi permukaan kecil hingga sedang dengan beberapa tempat merupakan daerah
abrasi dan berpotensi gerakan tanah berupa amblasan. .Pada
garis besarnya karakteristik lahan pegununga kapur selatan ini mirip dengan
pegunungan batu gamping barat. Bedanya di bagian selatan terdapat dua jenis
kapur yaitu koral dan marl. Kapur koral berkembang menjadi topografi
berbukit-bukit dengan kemiringan lereng lebih terjal dari marl. Karakteristik
lahan yang lain serupa dengan daerah batu gamping barat.
3. Komplek
daerah vulkanik
Vulkanisme
ialah peristiwa alam yang berhubungan dengan pembentukan gunung api, yaitu
pergerakan magma di kulit bumi (litosfer) menyusup ke lapisan lebih atas atau
keluar permukaan bumi. Di permukaan bumi ini banyak berbagai bentukan yang
berkaitan dengan vulkanisme, diantaranya gerak tektonik adalah semua gerak naik
dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak ini dibedakan
menjadi gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.
Komplek
daerah volkanik di Bali dapat dibagi menjadi empat komplek yaitu:
a. Komplek
Vulkanik di Bali Bagian Barat
Wilayah
ini meliputi daerah pegunungan mulai dari Gunung Patas kearah barat sampai
dekat Gilimanuk. Puncak-puncak separti gunung kelatakan, gunung sangiang,
gunung Merbuk, dan Gunung Mesehe termasuk didalam unit ini. Jenis batuannya
lava breksi, batu pasir, dan tufa merupakan bahan induk tanah yang terbentuk di
daerah yang bertofografi barat ini.
b. Komplek
Gunungapi Buyan - Beratan
Gunung Buyan - Beratan adalah
komplek pegunungan di bagian tengah Bali, dan puncak-puncak gunung yang saat
dapat kita lihat seperti membentengi daerah tersebut merupakan bagian dari
gunungapi Beratan Buyan purba. Tetapi karena proses geomorfologi juga terjadi
di sana sepeti terjadinya proses denudasi, sehingga kenampakannya kini telah
berubah dan kaldera gunung beratan buyan kini kenampakannya tidak sejelas
kaldera yang terdapat di Gunung Batur. Daerah ini mempunyai kemiringan yang
landai sampai terjal di beberapa tempat.
Daerah ini berada di dataran tinggi yang subur sehingga lahan di daerah
Candikuning dan Pancesari dominan dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
c. Gunung
api Batur
Menurut
Kemmerling, (1918) dan Stehn, (1928) dalam I.S. Sutawidjaja, dkk, (1990). Kaldera
Batur merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x 10 km. Kaldera ini tertutup dari
segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia (van
Bemmelen, 1949) dalam (I.S. Sutawidjaya, 1990). Pematang kaldera tingginya
berkisar antara 1267 m 2152 m (Puncak G. Abang). Di dalam Kaldera I
terbentuk Kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah
lk. 7 km. Dasar Kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah
dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut
terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang
panjangnya lk. 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya lk. 22 km, luasnya
lk. 16 km2. Tinggi permukaan air 1031 m di atas muka laut. Danau
tersebut terjadi karena suatu penurunan dasar (“Slenk”, “graben”). Menurut van
Bemmelen (1949) diperkirakan terbentuk bersamaan dengan pembentukan Kaldera II;
menurut Stehn (1926) terbentuknya kemudian.
Kegiatan purna kaldera ditandai
dengan pertumbuhan kerucut G. Batur. Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun
yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit
basalan. Kawah puncaknya berpindah berarah timurlaut - baratdaya antara G.
Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur telah meletus
sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan
strobolian. leelran lava terbanyak terjadi pada bulan September 1963 menutupi
daerah seluas lk. 5.967.550 m2. Letusan terakhir terjadi
7 Juli 2000, sebanyak 3 kejadian, pusat letusan dari Kawah 1999. Letusan
disertai lontaran piroklastik, seperti pasir, lapili dan bongkah mengendap
dengan radius lk. 100 m dari bibir kawah. Asap letusan mencapai tinggi lk. 300
m di atas bibir kawah. Aktifitas vulkanik G. Batur purna letusan Juli 2000,
berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-kawahnya.
d. Komplek
Gunung Agung dan Gunung Seraya
Komplek
ini terletak pada bagian timur pulau Bali
dengan titik tertinggi sekaligus titik tertinggi di Bali setinggi
3.148 m
(dpal) dan terakhir meletus pada Maret 1963.
merupakan komplek gunungapi yang cukup luas.
Disebelah timur klungkung terdapat medan lahar yang cukup luas dari
hasil letusan gunung Agung. Timbunan lahar yang sangat luas juga terdapat di
lereng utara Gunung Agung, mulai dari Batudawa disebelah barat Culik, dekat
Tianyar. Diantara medan lahar tersebut terdapat deretan pegunungan yang
terbentuk dari aliran lava pada periode erupsi sebelumnya. Medan lahar berupa
batu-batu, krikil campur pasir, aliran lava berupa masa padat yang besar dari batuan beku berongga, berwarna
coklat merah.
Gunung
Seraya memiliki karakteristik lahan yang berbeda dengan gunung Agung. Gunungapi
ini sudah tidak aktif pada periode yang cukup lama, sehingga proses denudasi
lebih dominan membentuk lembah-lembah bekas pengikisan yang sangat dalam.
Denudasi yang lanjut ini mengakibatkan solum tanah tipis pada lereng-lerengnya,
sedangkan pada bagian yang agak datar solum tanahnya tebal berwarna coklat
dengan tekstur liat berdebu.
e. Depresi
Karangasem
Terdapat
disebalah barat daerah Gunung Seraya. Daerah ini lebih hijau dibandingkan
dengan di sekitarnya. Ini disebabkan karena daerah ini mendapat rembesan air
tanah yang keluar dari lapisan-lapisan tanah Gunung Agung, dan sungai-sungai
pada daerah ini tidak kering pada musim kemarau.
f. Gugusan
bukit Sidemen
Terdapat
di sebelah barat depresi Karangasem, terdiri dari barisan bukit-bukit yang
renadah, dengan tinggi tidak melebihii 800 m. gugusan Bukit Sidemen ini
dipisahkan dengan gunung Gunung Agung oleh sebuah pelana yang dinamakan
Sebetan. Sedangkan material bukit ini terdiri dari lapisasn breksi.
BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
Kondisi
geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala
Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh
batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang
kemudian membentuk Formasi Selatan.
secara geologi pulau
bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis besar batuan di
Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
1. Formasi
Ulakan
2. Formasi Selatan
3. Formasi
Batuan Gunungapi Pulaki
4. Formasi
Prapatagung
5. Formasi
Asah
6. Formasi
batuan gunungapi kuarter bawah
7. Formasi
batuan gunungapi kwarter
Sedangkan
secra garis besar kondisi pulau Bali dapat dibagi menjadi tiga zona
yaitu zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara.
a. Topografi
zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-plato yang
terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak terdapat
di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara sungai.
b. Daerah
tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung, gunung Batur,
gunung Lessung, dan gunung Bratan
c. Wilayah
utara Bali berupa aluvial pantai dan di bagian selatan terdiri atas perbukitan.
Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi material
aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500
3.2.Saran
Adapun
saran dari penulis, setelah pembaca membaca makalah ini diharapkan dapat
memahami isi dari makalah ini sehingga kedepannya, pengetahuan tersebut dapat
bermanfaat bagi kita semua kahususnya dalam bidang pendidikan dan pembangunan
yang berwawasan geografi.
bagus mas, tapi bisa minta daftar pustaka nya.. saya sangat perlu mas,... trimaksih
BalasHapus