BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belajar
merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia
melakukan perubahan kualitatif idividu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan
yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara
guru dengan anak didik.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, yang selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan
pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas.
Seorang guru yang sukses di sekolah biasanya menguasai masalah-masalah profesional dan akademik, mengerti motif,
kepribadian, kemampuan, gaya belajar dan berpikir, dan tingkah laku sosial dan
antisosial siswa, efektif dalam meneruskan pengetahuan dan keterampilan kepada
siswa, respek dan diterima oleh teman sejawat dan siswa. Yang paling penting
ialah ia merasa senang melakukan sebuah pekerjaan penting.
Mengajar
dan belajar memang berhubungan, tetapi prosesnya berdiri sendiri. Kadang-
kadang mengajar mengarah pada belajar tetapi tidak selalu. Guru mungkin
menganggap bahwa setiap siswa harus mengambil tanggung jawab dari belajarnya
sendiri. Smith (1970) mendefinisikan mengajar sebagai sistem kegiatan yang
diharapakan merangsang belajar.
Untuk
memudahkan belajar, guru harus mempelajari variabel-variabel yang luas yang
berpengaruh terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Mengajar di kelas
merupakan kegiataan yang saling bertautan secara kompleks antara kejadian dan
kegiatan yang terjadinya bersamaan. Agar kegiatannya berjalan dengan lancar dan
sukses maka setiap guru akan memiliki strategi belajar mengajar yang
berbeda-beda.
1.1 Rumusan
Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa
masalah yaitu:
1.1.1. Apa
pengertian strategi belajar mengajar?
1.1.2. Bagaimana
klasifikasi strategi belajar mengajar?
1.1.3. Bagaimana
implementasi belajar mengajar?
1.2.Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.2.1. Untuk
mengetahui pengertian strategi belajar mengajar
1.2.2. Untuk
mengetahui klasifikasi strategi beljar mengajar
1.2.3.
Untuk mengetahui implementasi belajar
mengajar
1.3.
Manfaat Penulisan
1.3.1. Sebagai
refrensi mahasiswa untuk memahami pengertian dari strategi belajar mengajar
1.3.2. Sebagai
Pedoman baik untuk guru maupun mahasiswa dalam mendalami materi strategi
belajar mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Belajar
Mengajar
Kata
strategi berasal dari kata strategos (Yunani) atau strategus. Strategos berarti jendral atau berarti pula perwira
negara (state officer ). Jendral inilah yang bertanggung jawab merencanakan
suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan. Secara umum strategi mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha untuk
mencapai sasaran yang telah di tentukan. Kata
strategi sendiri dapat diartikan sebagai
suatu rencana kegiatan yang di rancang secara sesama untuk mencapai tujuan yang
di tunjang atau di dukung oleh hasil pemilihan pengetahuan atau keterampilan
yang di kuasai. Menurut Sherly dalam Mulyani Sumantri dan Johar
Permana (1999:40) pengertian strategi adalah keputusan - keputusan
bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan. Menurut
J . Salusu dalam Mulyani Sumantri dan Johar
Permana (1996 : 101) merumuskan pengertian strategi sebagai suatu seni
menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui
hubungan yang efektif dengan lingkungan serta kondisi yang paling
menguntungkan.
Beberapa
pengertian strategi dalam belajar mengajar yaitu:
1.
Strategi merupakan suatu keputusan
bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan
yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan
dan kondisi yang paling menguntungkan.
2.
Strategi merupakan garis besar haluan
bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien.
3.
Strategi dalam proses belajar mengajar
merupakan suatu rencana yang mengandung serangkain aktivitas yang dipersiapkan
secara seksama untuk mencapain tujuan - tujuan belajar.
4.
Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Menurut
Costa dalam Nuryani R (2005:4) pengertian strategi belajar mengajar adalah pola kegiatan pembelajaran yang
berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu
hasil belajar siswa yang diinginkan.
Ada
empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi :
1. Mengidentifikasi
serta menetapkan spesifik dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih
sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat .
3. Memilih
dan menetapkan prosedur,metode,dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling
tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan
kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya dijadikan umpan balik
penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari
penjelasan di atas ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan
harus dijadikan pedoman buat kegiatan belajar mengajar yaitu
1.
Spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang
dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang
dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju
harus jelas dan terarah. Tujuan pengajaran harus jelas dan konkret , sehingga
mudah dipahami oleh anak didik.
2.
Memilih
cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru untuk memandang suatu
persoalan,konsep, pengertian dan teori apa
yang guru gunakan dalam
memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya.
3.
Memilih dan menetapkan prosedur ,metode,
dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Untuk memotivikasi
anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan
masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu
berfikir bebas dan cukup keberanian, untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
4.
Menerapkan norma-norma atau kriteria keberasilan
sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai
sampai sejauh mana keberasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu
program baru diketahui keberasilannya setelah dilakukan evaluasi.
2.2 Klasifikasi Strategi Belajar
Mengajar
Menurut
Tabrani Rusyan ddk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan straregi belajar mengajar yang secara keseluruhan
diklasifikasikan sebagai berikut:
2.2.1
Konsep
Dasar Strategi Belajar Mengajar
Konsep
dasar strategi belajar mengajar meliputi,
a) Menetapkan
sepesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku.
b) Menentukan
pilihan tentang berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar.
c) Memilih
prosedur,metode dan teknik belajar mengajar.
d) Menerapkan
norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2.2.2
Sasaran
Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran
atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat
operasional dan konkret ,yakni Tujuan Instruksional Khusus dan Tujuan
Instruksional Umum,tujuan kurikuler,tujuan nasional ,sampai kepada tujuan yang
bersifat universal.
2.2.3
Belajar
Mengajar Sebagai Suatu Sistem
Belajar mengajar
sebagai suatu sistem intruksional mengacu kepada pengertian sebagai perangkat
komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu
sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen antara lain tujuan, bahan,
siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi.
2.2.4
Hakikat
Proses Belajar
Belajar adalah
proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan
kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan
keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organism atau pribadi.
Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar mengolah
kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar ke semuanya
termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.
2.2.5
Entering
Behavior Siswa
Hasil kegiatan
belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku baik secara material –
subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior. Yang dipersoalkan adalah kepastian bahwa tingkat prestasi
yang dicapai siswa itu apakah benar merupakan hasil kegiatan belajar mengajar
yang bersangkutan. Kepastiannya seharusnya guru mengetahui tentang
karakteristik prilaku anak didik saat mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan
kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik
prilaku anak didik yang telah dimilikinya ketika mengikuti belajar mengajar.
Menurut Abin
Syamsudin, Entering behavior akan dapat didefinisikan dengan cara :
a. Secara
tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang
pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
b. Secara
inovatif, guru tertentu diberbagai lembaga pendidikan yang memiliki atau
mengembangkan instrument pengukuran prestasi belajar dengan menemukan syarat,
mengadakan pre-tes sebelum mulai mengikuti program belajar mengajar.
Ada
tiga dimensi dari entering behavior yang perlu diketahui oleh guru:
a. Batas
ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa.
b. Tingkatan
tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan
yang telah dimiliki siswa.
c. Persiapan
dan kematangan fungsi – fungsi psikofisik.
Sebelum
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar, guru harus dapat menjawab
pertanyaan :
a. Sejauh
mana batas – batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh
siswa yang akan diajar.
b. Tingkat
dan tahap jenis kemampuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai oleh siswa
yang bersangkutan.
c. Apakah
siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola – pola prilaku
yang akan diajarkan.
d. Berapa
jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar
dimulai.
2.2.6
Pola
– pola Belajar Siswa
Menurut Robert
M.Gagne, membedakan pola – pola belajar siswa kedalam delapan tipe yaitu :
a.
Belajar
Tipe 1 : Signal Learning (Belajar Isyarat)
Signal Learning
dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola – pola dasar prilaku bersifat
involuntary (tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya). Menurut Pavlov yang
timbul setelah jumlah pengalaman tertentu. Respon yang timbul bersifat umum dan
emosional, selain timbulnya dengan tak sengaja dan dapat dikuasai.
b.
Belajar
Tipe 2 : Stimulus – response Learning (Belajar Stimulus – Respon)
Dapat
digolongkan dalam jenis classical condition maka tipe ini
termasuk kedalam instrumental
conditioning (Kinble, 1961) atau
belajar dengan trial and error (mencoba
– coba) proses belajar bahasa pada anak – anak yang serupa dengan ini. Kondisi
yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah factor inforcement. Waktu antara stimulus
pertama dan berikutnya amat penting.
c.
Belajar
Tipe 3 : Chaining (Rantai atau rangkaian)
Chining adalah belajar menghubungkan
S – R (Stimulus – Respons) yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan
bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal anak didik
sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S – R, baik psikomotorik maupun
verbal.
d.
Belajar
Tipe 4 : Verbal Association (Asosiasi Verbal)
Baik
chining maupun verbal association, kedua tipe belajar ini setarap yaitu belajar
menghubungkan suatu ikatan S-R yang satu dengan yang lain. Untuk verbal
association yang paling sederhana adalah bila diperlihatkan untuk geometris dan
si anak dapat mengatakan “Bujur sangkar”. Hubungan itu terbentuk bila unsur –
unsur terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu
lagi.
e.
Belajar
Tipe 5 : Discrimination Learning (Belajar diskriminasi)
Belajar
mengadakan tipe pembeda dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan
pengujian diantara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya.
Kemudian memilih pola – pola respons yang dianggap paling sesuai.
f.
Belajar
Tipe 6 : Concept Learning (Belajar Konsep)
Concept
Learning adalah belajar pengertian dengan berdasarkan kesamaan ciri – ciri dari
sekumpulan stimulus dan objek – objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau
konsep, kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi
dan proses kognitif pundamental sebelumnya. Belajar konsep mungkin karena kesanggupan
manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan
menggunakan bahasa.
g.
Belajar
Tipe 7 : Rule Learning (Belajar Aturan)
Belajar
aturan tipe belajar yang banyak terdapat dalam pelajaran disekolah banyak
aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang terdidik. Aturan ini
terdapat dalam setiap mata pelajaran.
h.
Belajar
Tipe 8 : Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem
solving adalah belajar memecahkan masalah pada tingkat ini para anak didik
belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap
rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematic, yang
menggunakan berbagai kaedah yang telah dikuasainya.
2.2.7
Memilih
Sistem Belajar Siswa
a.
Enquiry-Discovery
Learning
Adalah belajar
mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru
menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final tetapi anak didik
diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan
teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar adalah :
1) Stimulation,
dimana guru mulai mengajukan persoalan menyuruh anak didik membaca atau
mendengarkan uraian yang membuat permasalahan.
2) Problem
Statement, dimana anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan
fleksibel dan menarik untuk dipecahkan
3) Data
Collection. Dimana untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis ini anak didik diberikan kesempatan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan.
4) Data
Processing. Semua informasi hasil bacaan wawancara observasi dan sebagainya
semua diolah diacak diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu.
5) Verification
atau pembuktian. Merupakan hasil pengolahan atau penafsiran atau informasi yang
ada pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terlebih dahulu kemudian di
cek apakah terbukti atau tidak.
6) Generalization.
Tahap penarikan kesimpulan yang dilakukan anak didik.
Pendekatan
belajar mengajar ini sangat cocok untuk materi pembelajaran yang bersifat
kognitif dan kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup banyak dan kalau
kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan atas
materi yang dipelajari.
b.
Ekspository Learning
Dalam
sistem ini guru dapat menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara
rapi, sistematis dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan
mencernanya secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedur ini adalah :
1)
Preparasi. Guru mempersiapkan bahan secara
lengkap secara sistematis dan rapi.
2)
Apersepsi. Guru memberikan uraian secara
singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang diajarkan.
3)
Persentasi.
Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik
membaca bahan yang telah disiapkan dari buku tertentu.
4)
Resitasi. Menyuruh anak didik untuk
mengungkapkan kembali pokok – pokok masalah yang telah dipelajari dengan kata –
kata sendiri baik secara lisan maupun tulis.
c.
Mastery Learning
Dalam
kegiatan mastery learning guru harus mengusahakan upaya – upaya yang dapat
menghantarkan kegiatan anak didik kearah tercapainya penguasaan penuh terhadap
bahan pelajaran yang diberikan. Dr.Suharsimi Arikunto (1988:35) mengemukakan
duah buah kegiatan yaitu pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa
– siswa kelompok cepat sehingga siswa – siswa tersebut menjadi lebih kaya
pengetahuan dan ketrampilannya atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang
mereka pelajari. Sedangkan kegiatan perbaikan adalah kegiatan yang diberikan
kepada siswa – siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh
guru dengan maksud mempertinggi tingkat kekuasaan terhadap bahan pelajaran.
Menurut Dr. Suharsimi Arikunto,
secara garis besar kegiatan pengayaan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1) Kegiatan
pengayaan yang berhubungan dengan topic modul pokok.
Kegiatan pengayaan yang
dimaksud adalah pemberian kegiatan berupa membaca buku, mengarang, kliping,
diskusi dan sebagainya, tetapi masalahnya masih sama dengan topic modul pokok.
2) Kegiatan
pengayaan tidak berhubungan dengan topic modul pokok.
Suatu pokok modul
bersifat sangat sempit sehingga sukar bagi guru untuk menciptakan kegiatan
sesuai dengan topic tersebut.
Suharsimi
Arikunto, menyatakan jika ditinjau dari jenis metode, banyaknya metode yang
sudah dikenal dapat digunakan untuk mengajar diantaranya
-
Metode pemberian tugas dan resistasi
-
Metode diskusi
-
Metode pendekatan proses
-
Metode penemuan
-
Metode kerja kelompok
-
Metode eksperimen
-
Metode tanya jawab dan metode lain serta
gabungan metode tersebut.
d.
Humanistic
Education
Dalam kenyataan
tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasar kecerdasan para siswa sangat
bervariasi secara individu maka muncul teori belajar yang menitikberatkan yang
membantu siswa mencapai perwujudan diri sendiri sesuai dengan kemampuan dasar
keunikan yang dimilikinya.
e.
Pengorganisasian
Kelompok Belajar
Pengorganisasian
kelompok belajar anak didik diantaranya :
1)
N=1. Pada situasi yang ekstrim, kelompok belajar itu mungkin
hanya seorang. Untuk pesertanya hanya seorang, metode yang sesuai mungkin konsep
belajar mengajar tutorial, pengajaran berprogram, studi individual.
2) N
2-20. Untuk kelompok kecil sekitar dua sampai dua puluh orang, metode
belajarnya bisa diskusi atau seminar. Menggunakan metode klasikal dengan teknik
yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru mengolahnya.
3) N
lebih dari 40 orang. Kelompok belajar melebihi 40 orang, pesertanya gabung
biasanya disebut audience metode
belajar mengajarnya adalah kuliah atau ceramah.
2.3
Implementasi Belajar Mengajar
Proses belajar
mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi.
Lingkungan ini diatur sertan diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai
dengan tujuan pendidikan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang
menantang dan merangsang para siswa untuk belajar memberikan rasa aman dan
kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Faktor yang mendukung kondisi
belajar mengajar didalam suatu kelas adalah job description proses belajar mengajar yang
berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok –
kelompok siswa.
Job description guru dalam
implementasi proses belajar mengajar adalah :
1. Perencanaan
intruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan – kegiatan
organisasi belajar.
2. Organisasi
belajar merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas – fasilitas atau
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya
proses belajar mengajar.
3. Menggerakan
anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan dan mengarahkan
motivasi belajar siswa. Motivasi disini mempunyai makna yang lebih daripada
pemerintah, mengarahkan, mengaktualkan dan memimpin.
4. Supervise
dan pengawasan, yakni usah mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan intruksional
yang telah didisain sebelumnya.
5. Penelitian
yang bersifat penafsiran yang mengandung pengertian lebih luas dibandingkan
dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.
Didalam
menganalisis proses pengelolaan belajar mengajar terdapat beberapa komponen
yakni :
a. Merencanakan,
yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun rencana kerja.
b. Mengorganisasi
usaha, manager, tenaga kerja dan bahan.
c. Pengkoordinasikan
yaitu menyatukan dan mengkorelasikan semua kegiatan.
d. Mengawasi,
memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai dengan peraturan yang
digariskan dan intruksi – intruksi yang diberikan.
Tahapan
pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat diperinci sebagai
berikut :
1.
Perencanaan
a) Menetapkan
apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara melakukannya;
b) Membatasi
sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal
melalui proses penentuan target;
c) Mengembangkan
alternative – alternative;
d) Mengumpulkan
dan menganilis informasi;
e) Mempersiapkan
dan mengkomunikasikan rencana – rencana dan keputusan – keputusan;
2.
Pengorganisasian
a) Menyediakan
fasilitas, perlengkapan, tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun kerangka
kerja yang efisien didalam melaksanakan rencana – rencana melalui suatu proses
penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
b) Pengelompokan
komponen kerja dalam struktur organisasi yang teratur.
c) Membentuk
struktur, wewenang dan mekanisme koordinasi.
d) Merumuskan,
menetapkan metode dan prosedur.
e) Memilih,
mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja serta mencari sumber – sumber
lain yang diperlukan.
3.
Pengarahan
a) Menyusun
kerangka waktu dan biasa secara terperinci.
b) Memprakarsai
dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan
keputusan
c) Mengeluarkan
intruksi – intruksi yang spesifik
d) Membimbing,
memotivasi, dan melakukan supervise
4.
Pengawasan
a) Mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana
b) Melaporkan
penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi menyusun standar
– standar dan saran – saran.
c) Menilai
pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan – penyimpangan
Di sekolah
terdapat dua jenis belajar yang perlu diketahui dan dibedakan yakni “Belajar
Konsep” dan “Belajar Proses”. Belajar konsep dimana lebih menekankan hasil
belajar kepada pemahaman fakta, prinsip serta bergantung apa yang diajarkan
oleh guru yaitu isi pelajaran dan lebih bersifat kognitif. Sedangakn belajar
proses lebih menekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan
dan dipelajari.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.1.1 Strategi belajar mengajar yaitu
-
Merupakan
suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber
daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif
antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
-
Merupakan
garis besar untuk bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan, pengajaran secara efektif dan efisien.
-
Merupakan
suatu rencana yang mengandung serangkaian aktivitas yang dipersiapkan secara
seksama untuk mencapai tujuan – tujuan belajar.
-
Merupakan
pola umum perbuatan guru peserta didik didalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar
3.1.2. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
Klasifikasi Strategi belajar mengajar
yaitu
-
Konsep
dasar strategi belajar mengajar
-
Sasaran
kegiatan belajar mengajar
-
Belajar
mengajar sebagai suatu sistem
-
Hakikat
proses belajar
-
Entering
behavior siswa
-
Pola
– pola belajar siswa
-
Memilih
sistem belajar siswa
3.1.3. Implementasi Belajar Mengajar
Faktor yang mendukung kondisi
belajar mengajar adalah Job Description. Job description guru dalam
implementasi proses belajar mengajar adalah
1.
Perencanaan
intruksional
2.
Organisasi
belajar
3.
Menggerakan
anak didik
4.
Supervisi
dan pengawasan
5.
Penelitian
yang bersifat penafsiran
Komponen
proses pengelolaan belajar mengajar
-
Merencanakan
-
Mengorganisasi
usaha, manager, tenaga kerja dan bahan
-
Pengkoordinasian
-
Mengawasi
Tahapan
pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar
-
Perencanaan
-
Pengorganisasian
-
Pengarahan
-
Pengawasan
3.2 Saran
Bagi mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep strategi
belajar mengajar karena ini merupakan dasar bagi kita sebagai calon pendidik.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998/1999).Strategi Belajar Mengajar. Ditjen Pendidikan Tinggi.Proyek
pendidikan Guru Sekolah Dasar
Djamarah,Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Rineka Cipta
Djiwandono,Sri Esti
Wuryani.2002.Psikologi Pendidikan.Jakarta:
gramedia Widiasarana Indonesia.
Nuryani R.2005. Strategi Belajar
Mengajar Biologi.Malang: Universitas Negeri Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar