Selasa, 03 Januari 2012

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada masa kanak-kanak disebut juga masa pra sekolah, karena pada masa ini anak-anak belum masuk sekolah. Anak-anak yang masuk Taman kanak-kanak belum bisa dikategorikan sebagai anak sekolah, karena Taman Kanak-kanak itu sendiri bukan lembaga sekolah, melainkan lembaga pra sekolah.
Perkembangan fisik dan motorik anak, dimana pertumbuhan bagian kepala masih relatif lebih lambat dibandingkan pertumbuhan badan. Anak-anak pada saat ini telah mempunyai gigi sementara sebanyak 28 buah yang disebut dengan gigi susu. Begitu pula dengan perkembangan gerak mereka, pada akhir bulan ke 13 atau 14 biasanya anak-anak telah bisa berjalan dengan baik, anak juga akan mencoba berjalan dengan mundur, bahkan berlari.
Perkembangan bahasa pada anak erat kaitannya dengan perkembangan berpikir, adapun perkembangan bahasa anak yaitu masa merabaan, masa kalimat satu kata, masa kalimat dua kata, masa kalimat tiga kata, dan masa kalimat lengkap.
Perkembangan permainan pada anak, dimana bermain merupakan aktivitas yang sangat penting bagi anak, dengan bermain anak akan memperoleh pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari permainan merupakan kecakapan baru bagi anak. Fungsi permainan dilihat dari beberapa teori yaitu teori latihan (permainan merupakan latihan terhadap fungsi-fungsi yang akan digunakan dalam kehidupan setelah dewasa kelak), teori katarsis (permainan merupakan pembersihan jiwa), teori kelebihan tenaga (permainan merupakan pelepasan terhadap tenaga yang berlebihan), teori rekapitulasi ( permainan merupakan dorongan bawah sadar untuk mengulangi secara singkat sejarah perjalanan bentuk-bentuk kehidupan dan aktivitas nenek moyang sejak zaman dahulu. Jenis-jenis permainan pada anak sesuai dengan teori rekapitulasi dan fase-fase kehidupan adalah masa berburu, masa beternak, masa bertani, dan masa berdagang.
Perkembangan menggambar merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa kanak-kanak. Dalam garis besarnya fase perkembangan menggambar pada anak adalah fase coregan masa pra bagan, fase bagan dan selanjutnya.
Masa kanak-kanak sering juga disebut masa estetika karena pada masa ini anak-anak mengembangkan rasa keindahan. Sebelum usia 3 tahun anak selalu menurut dengan orang tua, menginjak usia 3 tahun kemauan anak mulai berkembang, ada dorongan pada anak untuk mengembangkan kemauannya dengan cara menentang kemauan orang lain, sering juga disebut masa keras kepala. Setelah usia 3 tahun, biasanya masa keras sudah berakhir dan perkembangan sosial anak menjadi semakin luas.

1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1.2.1.      Bagaimana perkembangan fantasi pada masa kanak-kanak?
1.2.2.      Bagaimana perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak?
1.2.3.      Bagaimana perkembangan emosi pada masa kanak-kanak?
1.2.4.      Bagaimana perkembangan moral pada masa kanak-kanak?
                     
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1.      Untuk mengetahui perkembangan fantasi pada masa kanak-kanak.
1.3.2.      Unuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak.
1.3.3.      Untuk mengetahui perkembangan emosi pada masa kanak-kanak.
1.3.4.      Untuk mengetahui perkembangan moral pada masa kanak-kanak.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain :
1.4.1.   Agar kita menyadari pentingnya  mengetahui perkembangan fantasi, kognitif, emosi dan  moral pada masa kanak-kanak.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Perkembangan Fantasi Pada Masa Kanak-Kanak
Bila dikaitkan dengan fantasi pada anak, maka kata fantasi dapat diartikan sebagai kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
1)      Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misal seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
2)      Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis., sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta. Misal seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan yang senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong.
Fantasi berbeda dengan berpikir, bila berpikir adalah menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi mencipatakan sesuatu yang baru.
Pada masa kanak-kanak fantasi berkembang sangat kuat . Demikian kuatnya fantasi itu, sehingga anak tidak bisa membedakan antara realitas dengan fantasi. Kerancuan ini menyebabkan anak sering bercerita bohong yang dalam fisikologi disebut sebagai “dusta khayal, atau dusta putih”. Dusta putih yaitu suatu ekspresi keativitas yang umum di kalangan anak-anak. Dusta putih adalah kebohongan yang diceritakan seorang anak yang sebenarnya merasa yakin bahwa hal itu benar, tidak bertujuan untuk menipu orang lain. Contoh seorang anak yang melakukan dusta putih adalah sebagai berikut: seorang anak berumur empat tahun bercerita kepada ibunya bahwa ia melihat ular naga di pohon kelapa di depan rumahnya. Sewaktu ibunya bertanya tentang,bentuk,warna, dan tingkah laku naga tersebut, anak tersebut mengemukakan jawaban sesuai dengan khayalan ,dan ia mengemukakan dengan penuh keyakinan (Elida Prayitno. 1992: 47)
Banyak dusta putih berasal dari melamun. Disamping melamun anak didorong mengaitkan sifat hidup pada benda mati dan mendengar cerita atau melihat gambar benda/hewan yang dibuat dan berkata sesuatu seperti halnya manusia dalam realitas, mereka cenderung percaya bahwa hal itu memang benar ada atau mungkn nyata.
1.      Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus dilakukan sendiri. Anak dapat membentuk dunia sesuai dengan keinginannya (imaginasi). Sebaiknya, orang tua tidak memaksa anak untuk selalu bermain dengan teman-temannya karena akan menciptakan kesan bahwa bermain sendiri itu salah.
2.      Adanya rasa kebahagiaan pada diri anak-anak, yaitu kondisi ketika bathin masih merasa tentram.
3.      Adanya kebebasan pada diri anak-anak, yaitu pada anak-anak tidak ada ketergantungan psikologis baik pada seseorang maupun kepada masyarakat tentang nilai-nilai, tentang kebenaran, tentang keindahan yang harus diikuti.
4.      Adanya subyek aku pada diri anak-anak, yaitu karena adanya kebahagiaan dan kebebasan dalam diri anak-anak secara total, maka diri menjadi lebih penting sekali, sehingga kepribadian dapat menentukan penuh.
Tanggapan umum dari orang dewasa terhadap dusta putih yaitu menganggapnya  sebagai dusta yang sebenarnya dan menganggap anak itu mencoba menipu. Tanggapan yang paling sehat adalah memahaminya sebagai sesuatu yang alami di awal masa kanak-kanak namun sumber potensial bagi penolakan sosial.
Dalam menghadapi anak yang berdusta putih, orang tua hendaknya cukup bijaksana. Jangan sekali-kali memotong cerita anak dengan menyatakan bahwa anak tersebut berbohong. Sebab hal tersebut dapat mematikan daya khayal anak untuk selanjutnya. Pada  masa ini anak-anak sering menggunakan benda-benda tidak sebagaimana mestinya, melainkan sebagaimana yang di khayalkan.
2.2. Perkembangan Kognitif Pada Masa Kanak­-kanak
  Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss (1896-1980). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Piaget membagi empat skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
  • Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
  • Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
  • Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
  • Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Menurut Piaget perkembangan berfikir masa kanak-kanak termasuk stadium pra-operasional. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan bebahasanya, namun aktifitas yang dilakukannya tidak didasarkan atas logika,
            Beberapa ciri anak belum bisa berfikir secara operasional:
a.    Belum mampu mengatur secara serial, bila anak diberi tugas untuk mengatur beberapa tongkat-tongkat kecil yang berlainan panjangnya, maka ia tidak mampu mengaturnya menurut ketinggiannya.
b.      Belum mampu membuat klasifikasi, bila anak diberi permen yang warna dan bentuknya yang berbeda, dan bjla ditanya permen yang mana sama maka ia tidak akan bisa menjawabnya.
c.       Belum mampu menbuat penafsiran dalam tiga dimensi, bila anak dihadapkan pada penafsiran tiga dimensi maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi  yang lain.
d.      Berfikir egosentris, artinya anak buahnya dapat berfikir dari arah dirinya sendiri dan belum dapat berfikir dari arah orang lain.
Satu cirri lagi yaitu bahwa anak sudah berfikir imitasi (peniruan)
        Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.

2.3. Perkembangan Emosi Pada Masa Kanak-kanak
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti senang dan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Dalam hal warna afektif \tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi (Sarlita, 1982:52). Adapun contoh lain dari emosi yaitu , cinta, marah, takut, cemas, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah 2 hal yang berbeda, tetapi perbedaannya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Keduanya merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, tetapi tidak jelas batasnya. Menurut Crow&Crow (1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang diserai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Pada saat emosi sering kali terjadi perubhan-perubahan pada fisik antara lain:
1.    Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
2.    Peredaran darah: bertambah cepat bila marah
3.    Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut
4.    Pernafasan: bernafas panjang kecewa
5.    Pupil mata: membesar bila marah
6.    Liur: mengering kalau takut atau tegang
7.    Bulu roma: berdiri kalau takut
8.    Pencernaan: mencret-mencret kalau tegang
9.    Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor)
10.    Komposisi darah: komposisi darah akan ikiut berubah dalam emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.

2.3.1.      Perkembangan emosi masa kanak-kanak awal
Semasa awal kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidak keseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus”. Hal ini tampak mencolok pada anak usia 2,5 sampai 3,5 dan 5,5 sampai 6,5 tahun, meskipun pada umumnya hal ini berlaku hampir seluruh periode awal masa kanak-kanak.
Pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dari hati yang tidak masuk akal. Sebagai emosi yang kuat pada periode ini dapat disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, makan terlalu sedikit.

2.3.2.      Emosi yang umum pada masa kanak-kanak
Emosi yang pada umumnya Nampak pada masa kanak-kanak antara lain:
1)        Amarah
Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran menenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat darimanak laki. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggeretak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2)        Takut
Pembiasaan, penurunan, ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut. Rasa takut pada anak ada yang bersifat bawaan dan ada pula yang diperoleh dari pengalaman. Menurut Mc. Dogal rasa takut bawaan ada 3 jenis yaitu takut terhadap kegelapan, takut jatuh dari tempat tinggi, dan takut terhadap suara keras. Rasa takut yang diperoleh berdasarkan pengalaman biasanya terjadi karena proses conditioning, yaitu adanya suatu kondisi tertentu yang menimbulkan rasa takut.rasa takut sering pula muncul karena cerita orang tua dan anak menjadi takut terjadi karena melihat orang lain takut.
3)        Cemburu
Anak bisa jadi cmburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik baru lahir, anak akan menunjukkan kembali perilaku semula untuk menarik perhatian.
4)        Ingin Tahu
Anak mempunyai akibat ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah  dalam bentuk penjelajahan sensometrik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukum, ia bereaksi dengan bertanya.
5)      Iri hati 
Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Diungkapkan dengan dengan mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan unuk memiliki barang seperti orang lain.
6)   Gembira
Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengekspresikannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
7)      Sedih
Anak-anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau dianggap penting bagi dirinya. Rasa sedih diungkapkan dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
8)      Kasih sayang
Anak mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, jika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih sayang.
Pada akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang hebat. Karena emosi yang cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidak sseimbangan, yaitu saat dimana amnak menjadi sulit dihadapi.

2.4. Perkembangan Moral Pada Masa Kanak-Kanak
Moral artinya suatu aturan atau norma tentang baik dan buruk.  Norma yang baik dan buruk yang dimaksud meliputi pandangan moral, perasaan moral, tingkah laku moral.
Menurut Piaget dan Kohlberg, perkembangan moral masa kanak-kanak berada difase “Pemahanan Hetronom”, fase ini belum mempunyai pandangan sendiri.
Tingkah laku anak sepenuhnya dipengaruhi oleh bukan karena dirinya tapi karena orang tua. Tingkah laku yang baik diberikan kepada anak adalah bukan tingkah laku yang dihukum atau yang mendapatkan hadiah atau kedua-duanya. Jika anak sering mendapat hukuman anak ini akan mengalami trauma dan kelak jika dewasa akan menjadi orang pembangkang dan kurang bisa diatur, dan jika sebaliknya jika anak sering diberikan hadiah dan semua keinginannya kita penuhi dia akan tumbuh menjadi anak yang manja, dan kurang berambisi untuk mendapatkan sesuatu karena dia mempunyai pola pikir apa yang dia inginkan akan diberikan oleh orang tuanya.  Sebaiknya tingkah laku keduanya harus dijauhi dari perkembangan anak-anak. Cara tingkah laku yang baik adalah jika anak melakukan kesalahn cara menuntasan masalahnya bukan dengan cara dihukum atau jika anak menginginkan sesuatu jangan terlalu sering mengabulkan permintaan si anak, karena perkembangan moral orang tualah yang mempengaruhinya.
Perkembangan moral merupakan perkembangan dari lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan dalam hubungannya dengan perkembangan moral, ide-ide itu tidaklah sulit untuk dibayangkan sebagaimana kita melihat contoh anak-anak yang sudah bertingkah laku buruk yang sudah ada pada dirinya, mereka mempunyai tindakan yang buruk dan sering kali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut. Pada umur anak 1 tahun dia sudah mempunyai sesuatu pemahaman tentang suatu hal yang baik dan buruk.
Beberapa aspek yang berguna melakukan perkembangan diskusi moral:
1.    Moralitas berkembang dengan pelan dan bertahap , pelatihan dimulai pada umur 1 tahun , dan pada masa ini anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.
2.    Moralitas didapatkan dengan 2 cara yaitu dengan contoh dan cerita.
3.    Moralitas adalah mengenai respek dan respek merupakan kekuatan , orangtua sebaiknya mengajari anak-anak mereka tentang respek melalui contoh dan praktek.
Beberapa peran dalam perkembangan moral:
1.      Peran Hukum, Kebiasaan, dan peraturan dalam Perkembangan moral
Pokok pertama yang paling penting menjadi pribadi bermoral ialah belajar apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya.
2.      Peran Hati Nurani dalam perkembangan Moral
Pokok kedua dalam belajar menjadi orang bermoral ialah pengembangan hati nurani sebagai kendali internal bagi pelaku individu. Menurt tradisi, anak dilahirkan dengan “hati nurani” atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan yang salah.
3.      Peran Rasa Bersalah dan Rasa Malu dalam Perkembangan Moral
Pokok ketiga dalam belajar menjadi orang yang bermoral adalah perkembangan perasaan bersalah dan rasa malu. Setelah anak mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Bila perilaku anak tidak memenuhi  standar yang ditetapkan hati nurani, anak akan merasa bersalah atau malu atau kedua-duanya.
4.      Peran Interaksi Sosial Dalam Perkembangan Moral
Pokok keempat dalam belajar jadi orang yang bermoral ialah mempunyai interaksi dengan anggota kelompok siswa.

BAB III
PENUTUP


3.1           Simpulan
Berdasaran pembahasan di atas, simpulan yang kita dapat adalah
3.1.1. Perkembangan Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi
Ø  Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya.
Ø  Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya..

3.1.2. Perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget bahwa dia membagi empat skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia yaitu
·         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
·         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

3.1.3. Pada perkembangan awal emosi masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dari hati yang tidak masuk akal. Sebagai emosi yang kuat pada periode ini dapat disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, makan terlalu sedikit.

3.1.4.  Perkembangan moral merupakan perkembangan dari lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan dalam hubungannya dengan perkembangan moral, ide-ide itu tidaklah sulit untuk dibayangkan sebagaimana kita melihat contoh anak-anak yang sudah bertingkah laku buruk yang sudah ada pada dirinya, mereka mempunyai tindakan yang buruk dan sering kali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut.
Beberapa aspek yang berguna melakukan perkembangan diskusi moral yaitu
Ø  Moralitas berkembang dengan pelan dan bertahap , pelatihan dimulai pada umur 1 tahun , dan pada masa ini anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.
Ø  Moralitas didapatkan dengan 2 cara yaitu dengan contoh dan cerita.
Ø  Moralitas adalah mengenai respek dan respek merupakan kekuatan orang tua sebaiknya mengajari anak-anak mereka tentang respek melalui contoh dan praktek.







BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada masa kanak-kanak disebut juga masa pra sekolah, karena pada masa ini anak-anak belum masuk sekolah. Anak-anak yang masuk Taman kanak-kanak belum bisa dikategorikan sebagai anak sekolah, karena Taman Kanak-kanak itu sendiri bukan lembaga sekolah, melainkan lembaga pra sekolah.
Perkembangan fisik dan motorik anak, dimana pertumbuhan bagian kepala masih relatif lebih lambat dibandingkan pertumbuhan badan. Anak-anak pada saat ini telah mempunyai gigi sementara sebanyak 28 buah yang disebut dengan gigi susu. Begitu pula dengan perkembangan gerak mereka, pada akhir bulan ke 13 atau 14 biasanya anak-anak telah bisa berjalan dengan baik, anak juga akan mencoba berjalan dengan mundur, bahkan berlari.
Perkembangan bahasa pada anak erat kaitannya dengan perkembangan berpikir, adapun perkembangan bahasa anak yaitu masa merabaan, masa kalimat satu kata, masa kalimat dua kata, masa kalimat tiga kata, dan masa kalimat lengkap.
Perkembangan permainan pada anak, dimana bermain merupakan aktivitas yang sangat penting bagi anak, dengan bermain anak akan memperoleh pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari permainan merupakan kecakapan baru bagi anak. Fungsi permainan dilihat dari beberapa teori yaitu teori latihan (permainan merupakan latihan terhadap fungsi-fungsi yang akan digunakan dalam kehidupan setelah dewasa kelak), teori katarsis (permainan merupakan pembersihan jiwa), teori kelebihan tenaga (permainan merupakan pelepasan terhadap tenaga yang berlebihan), teori rekapitulasi ( permainan merupakan dorongan bawah sadar untuk mengulangi secara singkat sejarah perjalanan bentuk-bentuk kehidupan dan aktivitas nenek moyang sejak zaman dahulu. Jenis-jenis permainan pada anak sesuai dengan teori rekapitulasi dan fase-fase kehidupan adalah masa berburu, masa beternak, masa bertani, dan masa berdagang.
Perkembangan menggambar merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa kanak-kanak. Dalam garis besarnya fase perkembangan menggambar pada anak adalah fase coregan masa pra bagan, fase bagan dan selanjutnya.
Masa kanak-kanak sering juga disebut masa estetika karena pada masa ini anak-anak mengembangkan rasa keindahan. Sebelum usia 3 tahun anak selalu menurut dengan orang tua, menginjak usia 3 tahun kemauan anak mulai berkembang, ada dorongan pada anak untuk mengembangkan kemauannya dengan cara menentang kemauan orang lain, sering juga disebut masa keras kepala. Setelah usia 3 tahun, biasanya masa keras sudah berakhir dan perkembangan sosial anak menjadi semakin luas.

1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1.2.1.      Bagaimana perkembangan fantasi pada masa kanak-kanak?
1.2.2.      Bagaimana perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak?
1.2.3.      Bagaimana perkembangan emosi pada masa kanak-kanak?
1.2.4.      Bagaimana perkembangan moral pada masa kanak-kanak?
                     
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1.      Untuk mengetahui perkembangan fantasi pada masa kanak-kanak.
1.3.2.      Unuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak.
1.3.3.      Untuk mengetahui perkembangan emosi pada masa kanak-kanak.
1.3.4.      Untuk mengetahui perkembangan moral pada masa kanak-kanak.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain :
1.4.1.   Agar kita menyadari pentingnya  mengetahui perkembangan fantasi, kognitif, emosi dan  moral pada masa kanak-kanak.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Perkembangan Fantasi Pada Masa Kanak-Kanak
Bila dikaitkan dengan fantasi pada anak, maka kata fantasi dapat diartikan sebagai kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
1)      Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misal seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
2)      Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis., sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta. Misal seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan yang senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong.
Fantasi berbeda dengan berpikir, bila berpikir adalah menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi mencipatakan sesuatu yang baru.
Pada masa kanak-kanak fantasi berkembang sangat kuat . Demikian kuatnya fantasi itu, sehingga anak tidak bisa membedakan antara realitas dengan fantasi. Kerancuan ini menyebabkan anak sering bercerita bohong yang dalam fisikologi disebut sebagai “dusta khayal, atau dusta putih”. Dusta putih yaitu suatu ekspresi keativitas yang umum di kalangan anak-anak. Dusta putih adalah kebohongan yang diceritakan seorang anak yang sebenarnya merasa yakin bahwa hal itu benar, tidak bertujuan untuk menipu orang lain. Contoh seorang anak yang melakukan dusta putih adalah sebagai berikut: seorang anak berumur empat tahun bercerita kepada ibunya bahwa ia melihat ular naga di pohon kelapa di depan rumahnya. Sewaktu ibunya bertanya tentang,bentuk,warna, dan tingkah laku naga tersebut, anak tersebut mengemukakan jawaban sesuai dengan khayalan ,dan ia mengemukakan dengan penuh keyakinan (Elida Prayitno. 1992: 47)
Banyak dusta putih berasal dari melamun. Disamping melamun anak didorong mengaitkan sifat hidup pada benda mati dan mendengar cerita atau melihat gambar benda/hewan yang dibuat dan berkata sesuatu seperti halnya manusia dalam realitas, mereka cenderung percaya bahwa hal itu memang benar ada atau mungkn nyata.
1.      Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus dilakukan sendiri. Anak dapat membentuk dunia sesuai dengan keinginannya (imaginasi). Sebaiknya, orang tua tidak memaksa anak untuk selalu bermain dengan teman-temannya karena akan menciptakan kesan bahwa bermain sendiri itu salah.
2.      Adanya rasa kebahagiaan pada diri anak-anak, yaitu kondisi ketika bathin masih merasa tentram.
3.      Adanya kebebasan pada diri anak-anak, yaitu pada anak-anak tidak ada ketergantungan psikologis baik pada seseorang maupun kepada masyarakat tentang nilai-nilai, tentang kebenaran, tentang keindahan yang harus diikuti.
4.      Adanya subyek aku pada diri anak-anak, yaitu karena adanya kebahagiaan dan kebebasan dalam diri anak-anak secara total, maka diri menjadi lebih penting sekali, sehingga kepribadian dapat menentukan penuh.
Tanggapan umum dari orang dewasa terhadap dusta putih yaitu menganggapnya  sebagai dusta yang sebenarnya dan menganggap anak itu mencoba menipu. Tanggapan yang paling sehat adalah memahaminya sebagai sesuatu yang alami di awal masa kanak-kanak namun sumber potensial bagi penolakan sosial.
Dalam menghadapi anak yang berdusta putih, orang tua hendaknya cukup bijaksana. Jangan sekali-kali memotong cerita anak dengan menyatakan bahwa anak tersebut berbohong. Sebab hal tersebut dapat mematikan daya khayal anak untuk selanjutnya. Pada  masa ini anak-anak sering menggunakan benda-benda tidak sebagaimana mestinya, melainkan sebagaimana yang di khayalkan.
2.2. Perkembangan Kognitif Pada Masa Kanak­-kanak
  Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss (1896-1980). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Piaget membagi empat skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
  • Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
  • Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
  • Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
  • Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Menurut Piaget perkembangan berfikir masa kanak-kanak termasuk stadium pra-operasional. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan bebahasanya, namun aktifitas yang dilakukannya tidak didasarkan atas logika,
            Beberapa ciri anak belum bisa berfikir secara operasional:
a.    Belum mampu mengatur secara serial, bila anak diberi tugas untuk mengatur beberapa tongkat-tongkat kecil yang berlainan panjangnya, maka ia tidak mampu mengaturnya menurut ketinggiannya.
b.      Belum mampu membuat klasifikasi, bila anak diberi permen yang warna dan bentuknya yang berbeda, dan bjla ditanya permen yang mana sama maka ia tidak akan bisa menjawabnya.
c.       Belum mampu menbuat penafsiran dalam tiga dimensi, bila anak dihadapkan pada penafsiran tiga dimensi maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi  yang lain.
d.      Berfikir egosentris, artinya anak buahnya dapat berfikir dari arah dirinya sendiri dan belum dapat berfikir dari arah orang lain.
Satu cirri lagi yaitu bahwa anak sudah berfikir imitasi (peniruan)
        Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.

2.3. Perkembangan Emosi Pada Masa Kanak-kanak
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti senang dan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Dalam hal warna afektif \tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi (Sarlita, 1982:52). Adapun contoh lain dari emosi yaitu , cinta, marah, takut, cemas, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah 2 hal yang berbeda, tetapi perbedaannya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Keduanya merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, tetapi tidak jelas batasnya. Menurut Crow&Crow (1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang diserai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Pada saat emosi sering kali terjadi perubhan-perubahan pada fisik antara lain:
1.    Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
2.    Peredaran darah: bertambah cepat bila marah
3.    Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut
4.    Pernafasan: bernafas panjang kecewa
5.    Pupil mata: membesar bila marah
6.    Liur: mengering kalau takut atau tegang
7.    Bulu roma: berdiri kalau takut
8.    Pencernaan: mencret-mencret kalau tegang
9.    Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor)
10.    Komposisi darah: komposisi darah akan ikiut berubah dalam emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.

2.3.1.      Perkembangan emosi masa kanak-kanak awal
Semasa awal kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidak keseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus”. Hal ini tampak mencolok pada anak usia 2,5 sampai 3,5 dan 5,5 sampai 6,5 tahun, meskipun pada umumnya hal ini berlaku hampir seluruh periode awal masa kanak-kanak.
Pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dari hati yang tidak masuk akal. Sebagai emosi yang kuat pada periode ini dapat disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, makan terlalu sedikit.

2.3.2.      Emosi yang umum pada masa kanak-kanak
Emosi yang pada umumnya Nampak pada masa kanak-kanak antara lain:
1)        Amarah
Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran menenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat darimanak laki. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggeretak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2)        Takut
Pembiasaan, penurunan, ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut. Rasa takut pada anak ada yang bersifat bawaan dan ada pula yang diperoleh dari pengalaman. Menurut Mc. Dogal rasa takut bawaan ada 3 jenis yaitu takut terhadap kegelapan, takut jatuh dari tempat tinggi, dan takut terhadap suara keras. Rasa takut yang diperoleh berdasarkan pengalaman biasanya terjadi karena proses conditioning, yaitu adanya suatu kondisi tertentu yang menimbulkan rasa takut.rasa takut sering pula muncul karena cerita orang tua dan anak menjadi takut terjadi karena melihat orang lain takut.
3)        Cemburu
Anak bisa jadi cmburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik baru lahir, anak akan menunjukkan kembali perilaku semula untuk menarik perhatian.
4)        Ingin Tahu
Anak mempunyai akibat ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah  dalam bentuk penjelajahan sensometrik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukum, ia bereaksi dengan bertanya.
5)      Iri hati 
Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Diungkapkan dengan dengan mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan unuk memiliki barang seperti orang lain.
6)   Gembira
Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengekspresikannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
7)      Sedih
Anak-anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau dianggap penting bagi dirinya. Rasa sedih diungkapkan dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
8)      Kasih sayang
Anak mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, jika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih sayang.
Pada akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang hebat. Karena emosi yang cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidak sseimbangan, yaitu saat dimana amnak menjadi sulit dihadapi.

2.4. Perkembangan Moral Pada Masa Kanak-Kanak
Moral artinya suatu aturan atau norma tentang baik dan buruk.  Norma yang baik dan buruk yang dimaksud meliputi pandangan moral, perasaan moral, tingkah laku moral.
Menurut Piaget dan Kohlberg, perkembangan moral masa kanak-kanak berada difase “Pemahanan Hetronom”, fase ini belum mempunyai pandangan sendiri.
Tingkah laku anak sepenuhnya dipengaruhi oleh bukan karena dirinya tapi karena orang tua. Tingkah laku yang baik diberikan kepada anak adalah bukan tingkah laku yang dihukum atau yang mendapatkan hadiah atau kedua-duanya. Jika anak sering mendapat hukuman anak ini akan mengalami trauma dan kelak jika dewasa akan menjadi orang pembangkang dan kurang bisa diatur, dan jika sebaliknya jika anak sering diberikan hadiah dan semua keinginannya kita penuhi dia akan tumbuh menjadi anak yang manja, dan kurang berambisi untuk mendapatkan sesuatu karena dia mempunyai pola pikir apa yang dia inginkan akan diberikan oleh orang tuanya.  Sebaiknya tingkah laku keduanya harus dijauhi dari perkembangan anak-anak. Cara tingkah laku yang baik adalah jika anak melakukan kesalahn cara menuntasan masalahnya bukan dengan cara dihukum atau jika anak menginginkan sesuatu jangan terlalu sering mengabulkan permintaan si anak, karena perkembangan moral orang tualah yang mempengaruhinya.
Perkembangan moral merupakan perkembangan dari lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan dalam hubungannya dengan perkembangan moral, ide-ide itu tidaklah sulit untuk dibayangkan sebagaimana kita melihat contoh anak-anak yang sudah bertingkah laku buruk yang sudah ada pada dirinya, mereka mempunyai tindakan yang buruk dan sering kali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut. Pada umur anak 1 tahun dia sudah mempunyai sesuatu pemahaman tentang suatu hal yang baik dan buruk.
Beberapa aspek yang berguna melakukan perkembangan diskusi moral:
1.    Moralitas berkembang dengan pelan dan bertahap , pelatihan dimulai pada umur 1 tahun , dan pada masa ini anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.
2.    Moralitas didapatkan dengan 2 cara yaitu dengan contoh dan cerita.
3.    Moralitas adalah mengenai respek dan respek merupakan kekuatan , orangtua sebaiknya mengajari anak-anak mereka tentang respek melalui contoh dan praktek.
Beberapa peran dalam perkembangan moral:
1.      Peran Hukum, Kebiasaan, dan peraturan dalam Perkembangan moral
Pokok pertama yang paling penting menjadi pribadi bermoral ialah belajar apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya.
2.      Peran Hati Nurani dalam perkembangan Moral
Pokok kedua dalam belajar menjadi orang bermoral ialah pengembangan hati nurani sebagai kendali internal bagi pelaku individu. Menurt tradisi, anak dilahirkan dengan “hati nurani” atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan yang salah.
3.      Peran Rasa Bersalah dan Rasa Malu dalam Perkembangan Moral
Pokok ketiga dalam belajar menjadi orang yang bermoral adalah perkembangan perasaan bersalah dan rasa malu. Setelah anak mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Bila perilaku anak tidak memenuhi  standar yang ditetapkan hati nurani, anak akan merasa bersalah atau malu atau kedua-duanya.
4.      Peran Interaksi Sosial Dalam Perkembangan Moral
Pokok keempat dalam belajar jadi orang yang bermoral ialah mempunyai interaksi dengan anggota kelompok siswa.

BAB III
PENUTUP


3.1           Simpulan
Berdasaran pembahasan di atas, simpulan yang kita dapat adalah
3.1.1. Perkembangan Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi
Ø  Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya.
Ø  Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya..

3.1.2. Perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget bahwa dia membagi empat skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia yaitu
·         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
·         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

3.1.3. Pada perkembangan awal emosi masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dari hati yang tidak masuk akal. Sebagai emosi yang kuat pada periode ini dapat disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, makan terlalu sedikit.

3.1.4.  Perkembangan moral merupakan perkembangan dari lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan dalam hubungannya dengan perkembangan moral, ide-ide itu tidaklah sulit untuk dibayangkan sebagaimana kita melihat contoh anak-anak yang sudah bertingkah laku buruk yang sudah ada pada dirinya, mereka mempunyai tindakan yang buruk dan sering kali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut.
Beberapa aspek yang berguna melakukan perkembangan diskusi moral yaitu
Ø  Moralitas berkembang dengan pelan dan bertahap , pelatihan dimulai pada umur 1 tahun , dan pada masa ini anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.
Ø  Moralitas didapatkan dengan 2 cara yaitu dengan contoh dan cerita.
Ø  Moralitas adalah mengenai respek dan respek merupakan kekuatan orang tua sebaiknya mengajari anak-anak mereka tentang respek melalui contoh dan praktek.


DAFTAR PUSTAKA


Nurkancana,Wayan.2001.Perkembangan jasmani dan Kejiwaan.Surabaya: Usaha Offsef.
Suarni,Ni Ketut.2009.Modul Kuliah Perkembangan Peserta Didik.Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Daniel Fung dan Cai Ying-Ming.2003.Mengembangkan Kepribadian Anak Dengan Tepat.Jakarta : Prestasi Pustaka.















  







Tidak ada komentar:

Posting Komentar