BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada
masa kanak-kanak disebut juga masa pra sekolah, karena pada masa ini anak-anak
belum masuk sekolah. Anak-anak yang masuk Taman kanak-kanak belum bisa
dikategorikan sebagai anak sekolah, karena Taman Kanak-kanak itu sendiri bukan
lembaga sekolah, melainkan lembaga pra sekolah.
Perkembangan
fisik dan motorik anak, dimana pertumbuhan bagian kepala masih relatif lebih
lambat dibandingkan pertumbuhan badan. Anak-anak pada saat ini telah mempunyai
gigi sementara sebanyak 28 buah yang disebut dengan gigi susu. Begitu pula
dengan perkembangan gerak mereka, pada akhir bulan ke 13 atau 14 biasanya
anak-anak telah bisa berjalan dengan baik, anak juga akan mencoba berjalan
dengan mundur, bahkan berlari.
Perkembangan
bahasa pada anak erat kaitannya dengan perkembangan berpikir, adapun
perkembangan bahasa anak yaitu masa merabaan, masa kalimat satu kata, masa
kalimat dua kata, masa kalimat tiga kata, dan masa kalimat lengkap.
Perkembangan
permainan pada anak, dimana bermain merupakan aktivitas yang sangat penting
bagi anak, dengan bermain anak akan memperoleh pengalaman baru. Semua yang
diperoleh dari permainan merupakan kecakapan baru bagi anak. Fungsi permainan
dilihat dari beberapa teori yaitu teori latihan (permainan merupakan latihan
terhadap fungsi-fungsi yang akan digunakan dalam kehidupan setelah dewasa
kelak), teori katarsis (permainan merupakan pembersihan jiwa), teori kelebihan
tenaga (permainan merupakan pelepasan terhadap tenaga yang berlebihan), teori
rekapitulasi ( permainan merupakan dorongan bawah sadar untuk mengulangi secara
singkat sejarah perjalanan bentuk-bentuk kehidupan dan aktivitas nenek moyang
sejak zaman dahulu. Jenis-jenis permainan pada anak sesuai dengan teori
rekapitulasi dan fase-fase kehidupan adalah masa berburu, masa beternak, masa
bertani, dan masa berdagang.
Perkembangan
menggambar merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa kanak-kanak. Dalam
garis besarnya fase perkembangan menggambar pada anak adalah fase coregan masa
pra bagan, fase bagan dan selanjutnya.
Masa kanak-kanak
sering juga disebut masa estetika karena pada masa ini anak-anak mengembangkan
rasa keindahan. Sebelum usia 3 tahun anak selalu menurut dengan orang tua,
menginjak usia 3 tahun kemauan anak mulai berkembang, ada dorongan pada anak
untuk mengembangkan kemauannya dengan cara menentang kemauan orang lain, sering
juga disebut masa keras kepala. Setelah usia 3 tahun, biasanya masa keras sudah
berakhir dan perkembangan sosial anak menjadi semakin luas.
1.2. Rumusan Masalah
Dari
uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1.2.1. Bagaimana
perkembangan fantasi pada masa kanak-kanak?
1.2.2.
Bagaimana perkembangan kognitif pada
masa kanak-kanak?
1.2.3.
Bagaimana perkembangan emosi pada masa
kanak-kanak?
1.2.4.
Bagaimana perkembangan moral pada masa kanak-kanak?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.3.1.
Untuk mengetahui perkembangan fantasi
pada masa kanak-kanak.
1.3.2.
Unuk mengetahui perkembangan kognitif
pada masa kanak-kanak.
1.3.3.
Untuk mengetahui perkembangan emosi pada
masa kanak-kanak.
1.3.4.
Untuk mengetahui perkembangan moral pada
masa kanak-kanak.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain :
1.4.1. Agar kita menyadari pentingnya mengetahui perkembangan fantasi, kognitif, emosi
dan moral pada masa kanak-kanak.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Perkembangan Fantasi Pada Masa Kanak-Kanak
Bila
dikaitkan dengan fantasi pada anak, maka kata fantasi dapat diartikan sebagai
kemampuan
jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan
kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya
dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang mendatang. Fantasi sebagai
kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
1) Secara
disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misal
seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
2) Secara
tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh
fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering
mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis., sekalipun tidak ada niat atau
maksud dari anak untuk berdusta. Misal seorang anak memberikan berita yang
tidak sesuai dengan keadaan yang senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud
untuk berbohong.
Fantasi berbeda dengan berpikir, bila berpikir adalah menemukan
sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi mencipatakan
sesuatu yang baru.
Pada masa kanak-kanak fantasi
berkembang sangat kuat . Demikian kuatnya fantasi itu, sehingga anak tidak bisa
membedakan antara realitas dengan fantasi. Kerancuan ini menyebabkan anak
sering bercerita bohong yang dalam fisikologi disebut sebagai “dusta khayal,
atau dusta putih”. Dusta putih yaitu suatu ekspresi keativitas yang umum di
kalangan anak-anak. Dusta putih adalah kebohongan yang diceritakan seorang anak
yang sebenarnya merasa yakin bahwa hal itu benar, tidak bertujuan untuk menipu
orang lain. Contoh seorang anak yang melakukan dusta putih adalah sebagai
berikut: seorang anak berumur empat tahun bercerita kepada ibunya bahwa ia
melihat ular naga di pohon kelapa di depan rumahnya. Sewaktu ibunya bertanya tentang,bentuk,warna,
dan tingkah laku naga tersebut, anak tersebut mengemukakan jawaban sesuai
dengan khayalan ,dan ia mengemukakan dengan penuh keyakinan (Elida Prayitno.
1992: 47)
Banyak dusta putih berasal
dari melamun. Disamping melamun anak didorong mengaitkan sifat hidup pada benda
mati dan mendengar cerita atau melihat gambar benda/hewan yang dibuat dan
berkata sesuatu seperti halnya manusia dalam realitas, mereka cenderung percaya
bahwa hal itu memang benar ada atau mungkn nyata.
1. Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus
dilakukan sendiri. Anak dapat membentuk dunia sesuai dengan keinginannya
(imaginasi). Sebaiknya, orang tua tidak memaksa anak untuk selalu bermain dengan
teman-temannya karena akan menciptakan kesan bahwa bermain sendiri itu salah.
2. Adanya
rasa kebahagiaan pada diri anak-anak, yaitu kondisi ketika bathin masih merasa
tentram.
3. Adanya
kebebasan pada diri anak-anak, yaitu pada anak-anak tidak ada ketergantungan
psikologis baik pada seseorang maupun kepada masyarakat tentang nilai-nilai,
tentang kebenaran, tentang keindahan yang harus diikuti.
4. Adanya
subyek aku pada diri anak-anak, yaitu karena adanya kebahagiaan dan kebebasan
dalam diri anak-anak secara total, maka diri menjadi lebih penting sekali,
sehingga kepribadian dapat menentukan penuh.
Tanggapan
umum dari orang dewasa terhadap dusta putih yaitu menganggapnya sebagai dusta yang sebenarnya dan menganggap
anak itu mencoba menipu. Tanggapan yang paling sehat adalah memahaminya sebagai
sesuatu yang alami di awal masa kanak-kanak namun sumber potensial bagi
penolakan sosial.
Dalam
menghadapi anak yang berdusta putih, orang tua hendaknya cukup bijaksana.
Jangan sekali-kali memotong cerita anak dengan menyatakan bahwa anak tersebut
berbohong. Sebab hal tersebut dapat mematikan daya khayal anak untuk
selanjutnya. Pada masa ini anak-anak
sering menggunakan benda-benda tidak sebagaimana mestinya, melainkan
sebagaimana yang di khayalkan.
2.2. Perkembangan
Kognitif Pada Masa Kanak-kanak
Teori perkembangan
kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog
Swiss (1896-1980). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Piaget membagi empat skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11
tahun)
- Periode operasional formal (usia 11 tahun
sampai dewasa)
Menurut Piaget perkembangan berfikir masa kanak-kanak termasuk
stadium pra-operasional. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan
secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental
yang jarang dan secara logika tidak memadai. Pemikirannya masih bersifat
egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. tahapan
pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua
sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan bebahasanya,
namun aktifitas yang dilakukannya tidak didasarkan atas logika,
Beberapa ciri anak belum bisa berfikir
secara operasional:
a. Belum mampu mengatur secara serial, bila anak
diberi tugas untuk mengatur beberapa tongkat-tongkat kecil yang berlainan
panjangnya, maka ia tidak mampu mengaturnya menurut ketinggiannya.
b. Belum mampu membuat klasifikasi, bila anak
diberi permen yang warna dan bentuknya yang berbeda, dan bjla ditanya permen
yang mana sama maka ia tidak akan bisa menjawabnya.
c. Belum mampu menbuat penafsiran dalam tiga
dimensi, bila anak dihadapkan pada penafsiran tiga dimensi maka ia akan
memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan
dimensi yang lain.
d. Berfikir egosentris, artinya anak buahnya dapat
berfikir dari arah dirinya sendiri dan belum dapat berfikir dari arah orang
lain.
Satu
cirri lagi yaitu bahwa anak sudah berfikir imitasi (peniruan)
Seorang individu dalam hidupnya selalu
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan
memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam
menginterpretasi dan memahami dunia. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan
tersebut.
2.3. Perkembangan Emosi Pada
Masa Kanak-kanak
Perbuatan
atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu,
seperti senang dan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang terlalu
menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Dalam hal
warna afektif \tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam,
lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi
(Sarlita, 1982:52). Adapun contoh lain dari emosi yaitu , cinta, marah, takut,
cemas, dan benci.
Emosi
dan perasaan adalah 2 hal yang berbeda, tetapi perbedaannya tidak dapat
dinyatakan secara tegas. Keduanya merupakan suatu gejala emosional yang secara
kualitatif berkelanjutan, tetapi tidak jelas batasnya. Menurut Crow&Crow
(1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang diserai penyesuaian diri
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah
laku yang tampak.
Pada
saat emosi sering kali terjadi perubhan-perubahan pada fisik antara lain:
1. Reaksi
elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
2. Peredaran
darah: bertambah cepat bila marah
3. Denyut
jantung: bertambah cepat bila terkejut
4. Pernafasan:
bernafas panjang kecewa
5. Pupil
mata: membesar bila marah
6. Liur:
mengering kalau takut atau tegang
7. Bulu
roma: berdiri kalau takut
8. Pencernaan:
mencret-mencret kalau tegang
9. Otot:
ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor)
10.
Komposisi darah: komposisi darah akan
ikiut berubah dalam emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.
2.3.1.
Perkembangan
emosi masa kanak-kanak awal
Semasa
awal kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidak keseimbangan
karena anak-anak “keluar dari fokus”. Hal ini tampak mencolok pada anak usia
2,5 sampai 3,5 dan 5,5 sampai 6,5 tahun, meskipun pada umumnya hal ini berlaku
hampir seluruh periode awal masa kanak-kanak.
Pada
awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang
hebat dari hati yang tidak masuk akal. Sebagai emosi yang kuat pada periode ini
dapat disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang,
makan terlalu sedikit.
2.3.2.
Emosi
yang umum pada masa kanak-kanak
Emosi
yang pada umumnya Nampak pada masa kanak-kanak antara lain:
1)
Amarah
Penyebab
amarah yang paling umum adalah pertengkaran menenai permainan, tidak
tercapainya keinginan dan serangan yang hebat darimanak laki. Anak
mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis,
berteriak, menggeretak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2)
Takut
Pembiasaan,
penurunan, ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting
dalam menimbulkan rasa takut. Rasa takut pada anak ada yang bersifat bawaan dan
ada pula yang diperoleh dari pengalaman. Menurut Mc. Dogal rasa takut bawaan
ada 3 jenis yaitu takut terhadap kegelapan, takut jatuh dari tempat tinggi, dan
takut terhadap suara keras. Rasa takut yang diperoleh berdasarkan pengalaman
biasanya terjadi karena proses conditioning, yaitu adanya suatu kondisi
tertentu yang menimbulkan rasa takut.rasa takut sering pula muncul karena
cerita orang tua dan anak menjadi takut terjadi karena melihat orang lain
takut.
3)
Cemburu
Anak
bisa jadi cmburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih
kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik baru lahir, anak akan
menunjukkan kembali perilaku semula untuk menarik perhatian.
4)
Ingin Tahu
Anak
mempunyai akibat ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga
mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensometrik,
kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukum, ia bereaksi dengan
bertanya.
5) Iri
hati
Anak-anak
sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
Diungkapkan dengan dengan mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan
mengungkapkan keinginan unuk memiliki barang seperti orang lain.
6) Gembira
Anak-anak
merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba
atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan
berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengekspresikannya dengan
tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk benda atau
orang yang membuatnya bahagia.
7) Sedih
Anak-anak
merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau dianggap penting bagi
dirinya. Rasa sedih diungkapkan dengan menangis dan dengan kehilangan minat
terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
8) Kasih
sayang
Anak
mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, jika masih kecil anak
menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih
sayang.
Pada
akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang
hebat. Karena emosi yang cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini
meningginya emosi menjadi periode ketidak sseimbangan, yaitu saat dimana amnak
menjadi sulit dihadapi.
2.4.
Perkembangan Moral Pada Masa Kanak-Kanak
Moral artinya suatu
aturan atau norma tentang baik dan buruk.
Norma yang baik dan buruk yang dimaksud meliputi pandangan moral, perasaan
moral, tingkah laku moral.
Menurut Piaget dan Kohlberg,
perkembangan moral masa kanak-kanak berada difase “Pemahanan Hetronom”, fase ini
belum mempunyai pandangan sendiri.
Tingkah laku anak
sepenuhnya dipengaruhi oleh bukan karena dirinya tapi karena orang tua. Tingkah
laku yang baik diberikan kepada anak adalah bukan tingkah laku yang dihukum
atau yang mendapatkan hadiah atau kedua-duanya. Jika anak sering mendapat
hukuman anak ini akan mengalami trauma dan kelak jika dewasa akan menjadi orang
pembangkang dan kurang bisa diatur, dan jika sebaliknya jika anak sering
diberikan hadiah dan semua keinginannya kita penuhi dia akan tumbuh menjadi
anak yang manja, dan kurang berambisi untuk mendapatkan sesuatu karena dia
mempunyai pola pikir apa yang dia inginkan akan diberikan oleh orang
tuanya. Sebaiknya tingkah laku keduanya
harus dijauhi dari perkembangan anak-anak. Cara tingkah laku yang baik adalah
jika anak melakukan kesalahn cara menuntasan masalahnya bukan dengan cara
dihukum atau jika anak menginginkan sesuatu jangan terlalu sering mengabulkan
permintaan si anak, karena perkembangan moral orang tualah yang
mempengaruhinya.
Perkembangan moral
merupakan perkembangan dari lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan dalam
hubungannya dengan perkembangan moral, ide-ide itu tidaklah sulit untuk
dibayangkan sebagaimana kita melihat contoh anak-anak yang sudah bertingkah
laku buruk yang sudah ada pada dirinya, mereka mempunyai tindakan yang buruk
dan sering kali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut.
Pada umur anak 1 tahun dia sudah mempunyai sesuatu pemahaman tentang suatu hal
yang baik dan buruk.
Beberapa aspek yang berguna melakukan
perkembangan diskusi moral:
1. Moralitas
berkembang dengan pelan dan bertahap , pelatihan dimulai pada umur 1 tahun ,
dan pada masa ini anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.
2. Moralitas
didapatkan dengan 2 cara yaitu dengan contoh dan cerita.
3. Moralitas
adalah mengenai respek dan respek merupakan kekuatan , orangtua sebaiknya
mengajari anak-anak mereka tentang respek melalui contoh dan praktek.
Beberapa peran dalam perkembangan moral:
1. Peran
Hukum, Kebiasaan, dan peraturan dalam Perkembangan moral
Pokok pertama yang
paling penting menjadi pribadi bermoral ialah belajar apa yang diharapkan
kelompok dari anggotanya.
2. Peran
Hati Nurani dalam perkembangan Moral
Pokok kedua dalam
belajar menjadi orang bermoral ialah pengembangan hati nurani sebagai kendali
internal bagi pelaku individu. Menurt tradisi, anak dilahirkan dengan “hati
nurani” atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan yang salah.
3. Peran
Rasa Bersalah dan Rasa Malu dalam Perkembangan Moral
Pokok ketiga dalam
belajar menjadi orang yang bermoral adalah perkembangan perasaan bersalah dan
rasa malu. Setelah anak mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa
dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Bila perilaku anak tidak memenuhi standar yang ditetapkan hati nurani, anak akan
merasa bersalah atau malu atau kedua-duanya.
4. Peran
Interaksi Sosial Dalam Perkembangan Moral
Pokok
keempat dalam belajar jadi orang yang bermoral ialah mempunyai interaksi dengan
anggota kelompok siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasaran
pembahasan di atas, simpulan yang kita dapat adalah
3.1.1. Perkembangan Fantasi sebagai kemampuan
jiwa manusia dapat terjadi
Ø Secara
disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya.
Ø Secara
tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh
fantasinya..
3.1.2. Perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget bahwa dia membagi empat skema yang
digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia yaitu
·
Periode sensorimotor
(usia 0–2 tahun)
·
Periode
praoperasional (usia 2–7 tahun)
·
Periode
operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·
Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
3.1.3. Pada perkembangan awal emosi masa kanak-kanak
ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dari hati yang
tidak masuk akal. Sebagai emosi yang kuat pada periode ini dapat disebabkan
oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, makan terlalu
sedikit.
3.1.4. Perkembangan
moral merupakan perkembangan dari lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan
dalam hubungannya dengan perkembangan moral, ide-ide itu tidaklah sulit untuk
dibayangkan sebagaimana kita melihat contoh anak-anak yang sudah bertingkah
laku buruk yang sudah ada pada dirinya, mereka mempunyai tindakan yang buruk
dan sering kali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut.
Beberapa aspek yang berguna melakukan
perkembangan diskusi moral yaitu
Ø Moralitas
berkembang dengan pelan dan bertahap , pelatihan dimulai pada umur 1 tahun ,
dan pada masa ini anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.
Ø Moralitas
didapatkan dengan 2 cara yaitu dengan contoh dan cerita.
Ø Moralitas
adalah mengenai respek dan respek merupakan kekuatan orang tua sebaiknya
mengajari anak-anak mereka tentang respek melalui contoh dan praktek.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada
masa kanak-kanak disebut juga masa pra sekolah, karena pada masa ini anak-anak
belum masuk sekolah. Anak-anak yang masuk Taman kanak-kanak belum bisa
dikategorikan sebagai anak sekolah, karena Taman Kanak-kanak itu sendiri bukan
lembaga sekolah, melainkan lembaga pra sekolah.
Perkembangan
fisik dan motorik anak, dimana pertumbuhan bagian kepala masih relatif lebih
lambat dibandingkan pertumbuhan badan. Anak-anak pada saat ini telah mempunyai
gigi sementara sebanyak 28 buah yang disebut dengan gigi susu. Begitu pula
dengan perkembangan gerak mereka, pada akhir bulan ke 13 atau 14 biasanya
anak-anak telah bisa berjalan dengan baik, anak juga akan mencoba berjalan
dengan mundur, bahkan berlari.
Perkembangan
bahasa pada anak erat kaitannya dengan perkembangan berpikir, adapun
perkembangan bahasa anak yaitu masa merabaan, masa kalimat satu kata, masa
kalimat dua kata, masa kalimat tiga kata, dan masa kalimat lengkap.
Perkembangan
permainan pada anak, dimana bermain merupakan aktivitas yang sangat penting
bagi anak, dengan bermain anak akan memperoleh pengalaman baru. Semua yang
diperoleh dari permainan merupakan kecakapan baru bagi anak. Fungsi permainan
dilihat dari beberapa teori yaitu teori latihan (permainan merupakan latihan
terhadap fungsi-fungsi yang akan digunakan dalam kehidupan setelah dewasa
kelak), teori katarsis (permainan merupakan pembersihan jiwa), teori kelebihan
tenaga (permainan merupakan pelepasan terhadap tenaga yang berlebihan), teori
rekapitulasi ( permainan merupakan dorongan bawah sadar untuk mengulangi secara
singkat sejarah perjalanan bentuk-bentuk kehidupan dan aktivitas nenek moyang
sejak zaman dahulu. Jenis-jenis permainan pada anak sesuai dengan teori
rekapitulasi dan fase-fase kehidupan adalah masa berburu, masa beternak, masa
bertani, dan masa berdagang.
Perkembangan
menggambar merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa kanak-kanak. Dalam
garis besarnya fase perkembangan menggambar pada anak adalah fase coregan masa
pra bagan, fase bagan dan selanjutnya.
Masa kanak-kanak
sering juga disebut masa estetika karena pada masa ini anak-anak mengembangkan
rasa keindahan. Sebelum usia 3 tahun anak selalu menurut dengan orang tua,
menginjak usia 3 tahun kemauan anak mulai berkembang, ada dorongan pada anak
untuk mengembangkan kemauannya dengan cara menentang kemauan orang lain, sering
juga disebut masa keras kepala. Setelah usia 3 tahun, biasanya masa keras sudah
berakhir dan perkembangan sosial anak menjadi semakin luas.
1.2. Rumusan Masalah
Dari
uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1.2.1. Bagaimana
perkembangan fantasi pada masa kanak-kanak?
1.2.2.
Bagaimana perkembangan kognitif pada
masa kanak-kanak?
1.2.3.
Bagaimana perkembangan emosi pada masa
kanak-kanak?
1.2.4.
Bagaimana perkembangan moral pada masa kanak-kanak?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.3.1.
Untuk mengetahui perkembangan fantasi
pada masa kanak-kanak.
1.3.2.
Unuk mengetahui perkembangan kognitif
pada masa kanak-kanak.
1.3.3.
Untuk mengetahui perkembangan emosi pada
masa kanak-kanak.
1.3.4.
Untuk mengetahui perkembangan moral pada
masa kanak-kanak.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain :
1.4.1. Agar kita menyadari pentingnya mengetahui perkembangan fantasi, kognitif, emosi
dan moral pada masa kanak-kanak.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Perkembangan Fantasi Pada Masa Kanak-Kanak
Bila
dikaitkan dengan fantasi pada anak, maka kata fantasi dapat diartikan sebagai
kemampuan
jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan
kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya
dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang mendatang. Fantasi sebagai
kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
1) Secara
disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misal
seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
2) Secara
tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh
fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering
mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis., sekalipun tidak ada niat atau
maksud dari anak untuk berdusta. Misal seorang anak memberikan berita yang
tidak sesuai dengan keadaan yang senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud
untuk berbohong.
Fantasi berbeda dengan berpikir, bila berpikir adalah menemukan
sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi mencipatakan
sesuatu yang baru.
Pada masa kanak-kanak fantasi
berkembang sangat kuat . Demikian kuatnya fantasi itu, sehingga anak tidak bisa
membedakan antara realitas dengan fantasi. Kerancuan ini menyebabkan anak
sering bercerita bohong yang dalam fisikologi disebut sebagai “dusta khayal,
atau dusta putih”. Dusta putih yaitu suatu ekspresi keativitas yang umum di
kalangan anak-anak. Dusta putih adalah kebohongan yang diceritakan seorang anak
yang sebenarnya merasa yakin bahwa hal itu benar, tidak bertujuan untuk menipu
orang lain. Contoh seorang anak yang melakukan dusta putih adalah sebagai
berikut: seorang anak berumur empat tahun bercerita kepada ibunya bahwa ia
melihat ular naga di pohon kelapa di depan rumahnya. Sewaktu ibunya bertanya tentang,bentuk,warna,
dan tingkah laku naga tersebut, anak tersebut mengemukakan jawaban sesuai
dengan khayalan ,dan ia mengemukakan dengan penuh keyakinan (Elida Prayitno.
1992: 47)
Banyak dusta putih berasal
dari melamun. Disamping melamun anak didorong mengaitkan sifat hidup pada benda
mati dan mendengar cerita atau melihat gambar benda/hewan yang dibuat dan
berkata sesuatu seperti halnya manusia dalam realitas, mereka cenderung percaya
bahwa hal itu memang benar ada atau mungkn nyata.
1. Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus
dilakukan sendiri. Anak dapat membentuk dunia sesuai dengan keinginannya
(imaginasi). Sebaiknya, orang tua tidak memaksa anak untuk selalu bermain dengan
teman-temannya karena akan menciptakan kesan bahwa bermain sendiri itu salah.
2. Adanya
rasa kebahagiaan pada diri anak-anak, yaitu kondisi ketika bathin masih merasa
tentram.
3. Adanya
kebebasan pada diri anak-anak, yaitu pada anak-anak tidak ada ketergantungan
psikologis baik pada seseorang maupun kepada masyarakat tentang nilai-nilai,
tentang kebenaran, tentang keindahan yang harus diikuti.
4. Adanya
subyek aku pada diri anak-anak, yaitu karena adanya kebahagiaan dan kebebasan
dalam diri anak-anak secara total, maka diri menjadi lebih penting sekali,
sehingga kepribadian dapat menentukan penuh.
Tanggapan
umum dari orang dewasa terhadap dusta putih yaitu menganggapnya sebagai dusta yang sebenarnya dan menganggap
anak itu mencoba menipu. Tanggapan yang paling sehat adalah memahaminya sebagai
sesuatu yang alami di awal masa kanak-kanak namun sumber potensial bagi
penolakan sosial.
Dalam
menghadapi anak yang berdusta putih, orang tua hendaknya cukup bijaksana.
Jangan sekali-kali memotong cerita anak dengan menyatakan bahwa anak tersebut
berbohong. Sebab hal tersebut dapat mematikan daya khayal anak untuk
selanjutnya. Pada masa ini anak-anak
sering menggunakan benda-benda tidak sebagaimana mestinya, melainkan
sebagaimana yang di khayalkan.
2.2. Perkembangan
Kognitif Pada Masa Kanak-kanak
Teori perkembangan
kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog
Swiss (1896-1980). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Piaget membagi empat skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11
tahun)
- Periode operasional formal (usia 11 tahun
sampai dewasa)
Menurut Piaget perkembangan berfikir masa kanak-kanak termasuk
stadium pra-operasional. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan
secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental
yang jarang dan secara logika tidak memadai. Pemikirannya masih bersifat
egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. tahapan
pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua
sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan bebahasanya,
namun aktifitas yang dilakukannya tidak didasarkan atas logika,
Beberapa ciri anak belum bisa berfikir
secara operasional:
a. Belum mampu mengatur secara serial, bila anak
diberi tugas untuk mengatur beberapa tongkat-tongkat kecil yang berlainan
panjangnya, maka ia tidak mampu mengaturnya menurut ketinggiannya.
b. Belum mampu membuat klasifikasi, bila anak
diberi permen yang warna dan bentuknya yang berbeda, dan bjla ditanya permen
yang mana sama maka ia tidak akan bisa menjawabnya.
c. Belum mampu menbuat penafsiran dalam tiga
dimensi, bila anak dihadapkan pada penafsiran tiga dimensi maka ia akan
memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan
dimensi yang lain.
d. Berfikir egosentris, artinya anak buahnya dapat
berfikir dari arah dirinya sendiri dan belum dapat berfikir dari arah orang
lain.
Satu
cirri lagi yaitu bahwa anak sudah berfikir imitasi (peniruan)
Seorang individu dalam hidupnya selalu
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan
memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam
menginterpretasi dan memahami dunia. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan
tersebut.
2.3. Perkembangan Emosi Pada
Masa Kanak-kanak
Perbuatan
atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu,
seperti senang dan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang terlalu
menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Dalam hal
warna afektif \tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam,
lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi
(Sarlita, 1982:52). Adapun contoh lain dari emosi yaitu , cinta, marah, takut,
cemas, dan benci.
Emosi
dan perasaan adalah 2 hal yang berbeda, tetapi perbedaannya tidak dapat
dinyatakan secara tegas. Keduanya merupakan suatu gejala emosional yang secara
kualitatif berkelanjutan, tetapi tidak jelas batasnya. Menurut Crow&Crow
(1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang diserai penyesuaian diri
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah
laku yang tampak.
Pada
saat emosi sering kali terjadi perubhan-perubahan pada fisik antara lain:
1. Reaksi
elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
2. Peredaran
darah: bertambah cepat bila marah
3. Denyut
jantung: bertambah cepat bila terkejut
4. Pernafasan:
bernafas panjang kecewa
5. Pupil
mata: membesar bila marah
6. Liur:
mengering kalau takut atau tegang
7. Bulu
roma: berdiri kalau takut
8. Pencernaan:
mencret-mencret kalau tegang
9. Otot:
ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor)
10.
Komposisi darah: komposisi darah akan
ikiut berubah dalam emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.
2.3.1.
Perkembangan
emosi masa kanak-kanak awal
Semasa
awal kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidak keseimbangan
karena anak-anak “keluar dari fokus”. Hal ini tampak mencolok pada anak usia
2,5 sampai 3,5 dan 5,5 sampai 6,5 tahun, meskipun pada umumnya hal ini berlaku
hampir seluruh periode awal masa kanak-kanak.
Pada
awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang
hebat dari hati yang tidak masuk akal. Sebagai emosi yang kuat pada periode ini
dapat disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang,
makan terlalu sedikit.
2.3.2.
Emosi
yang umum pada masa kanak-kanak
Emosi
yang pada umumnya Nampak pada masa kanak-kanak antara lain:
1)
Amarah
Penyebab
amarah yang paling umum adalah pertengkaran menenai permainan, tidak
tercapainya keinginan dan serangan yang hebat darimanak laki. Anak
mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis,
berteriak, menggeretak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2)
Takut
Pembiasaan,
penurunan, ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting
dalam menimbulkan rasa takut. Rasa takut pada anak ada yang bersifat bawaan dan
ada pula yang diperoleh dari pengalaman. Menurut Mc. Dogal rasa takut bawaan
ada 3 jenis yaitu takut terhadap kegelapan, takut jatuh dari tempat tinggi, dan
takut terhadap suara keras. Rasa takut yang diperoleh berdasarkan pengalaman
biasanya terjadi karena proses conditioning, yaitu adanya suatu kondisi
tertentu yang menimbulkan rasa takut.rasa takut sering pula muncul karena
cerita orang tua dan anak menjadi takut terjadi karena melihat orang lain
takut.
3)
Cemburu
Anak
bisa jadi cmburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih
kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik baru lahir, anak akan
menunjukkan kembali perilaku semula untuk menarik perhatian.
4)
Ingin Tahu
Anak
mempunyai akibat ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga
mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensometrik,
kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukum, ia bereaksi dengan
bertanya.
5) Iri
hati
Anak-anak
sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
Diungkapkan dengan dengan mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan
mengungkapkan keinginan unuk memiliki barang seperti orang lain.
6) Gembira
Anak-anak
merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba
atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan
berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengekspresikannya dengan
tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk benda atau
orang yang membuatnya bahagia.
7) Sedih
Anak-anak
merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau dianggap penting bagi
dirinya. Rasa sedih diungkapkan dengan menangis dan dengan kehilangan minat
terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
8) Kasih
sayang
Anak
mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, jika masih kecil anak
menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih
sayang.
Pada
akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang
hebat. Karena emosi yang cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini
meningginya emosi menjadi periode ketidak sseimbangan, yaitu saat dimana amnak
menjadi sulit dihadapi.
2.4.
Perkembangan Moral Pada Masa Kanak-Kanak
Moral artinya suatu
aturan atau norma tentang baik dan buruk.
Norma yang baik dan buruk yang dimaksud meliputi pandangan moral, perasaan
moral, tingkah laku moral.
Menurut Piaget dan Kohlberg,
perkembangan moral masa kanak-kanak berada difase “Pemahanan Hetronom”, fase ini
belum mempunyai pandangan sendiri.
Tingkah laku anak
sepenuhnya dipengaruhi oleh bukan karena dirinya tapi karena orang tua. Tingkah
laku yang baik diberikan kepada anak adalah bukan tingkah laku yang dihukum
atau yang mendapatkan hadiah atau kedua-duanya. Jika anak sering mendapat
hukuman anak ini akan mengalami trauma dan kelak jika dewasa akan menjadi orang
pembangkang dan kurang bisa diatur, dan jika sebaliknya jika anak sering
diberikan hadiah dan semua keinginannya kita penuhi dia akan tumbuh menjadi
anak yang manja, dan kurang berambisi untuk mendapatkan sesuatu karena dia
mempunyai pola pikir apa yang dia inginkan akan diberikan oleh orang
tuanya. Sebaiknya tingkah laku keduanya
harus dijauhi dari perkembangan anak-anak. Cara tingkah laku yang baik adalah
jika anak melakukan kesalahn cara menuntasan masalahnya bukan dengan cara
dihukum atau jika anak menginginkan sesuatu jangan terlalu sering mengabulkan
permintaan si anak, karena perkembangan moral orang tualah yang
mempengaruhinya.
Perkembangan moral
merupakan perkembangan dari lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan dalam
hubungannya dengan perkembangan moral, ide-ide itu tidaklah sulit untuk
dibayangkan sebagaimana kita melihat contoh anak-anak yang sudah bertingkah
laku buruk yang sudah ada pada dirinya, mereka mempunyai tindakan yang buruk
dan sering kali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut.
Pada umur anak 1 tahun dia sudah mempunyai sesuatu pemahaman tentang suatu hal
yang baik dan buruk.
Beberapa aspek yang berguna melakukan
perkembangan diskusi moral:
1. Moralitas
berkembang dengan pelan dan bertahap , pelatihan dimulai pada umur 1 tahun ,
dan pada masa ini anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.
2. Moralitas
didapatkan dengan 2 cara yaitu dengan contoh dan cerita.
3. Moralitas
adalah mengenai respek dan respek merupakan kekuatan , orangtua sebaiknya
mengajari anak-anak mereka tentang respek melalui contoh dan praktek.
Beberapa peran dalam perkembangan moral:
1. Peran
Hukum, Kebiasaan, dan peraturan dalam Perkembangan moral
Pokok pertama yang
paling penting menjadi pribadi bermoral ialah belajar apa yang diharapkan
kelompok dari anggotanya.
2. Peran
Hati Nurani dalam perkembangan Moral
Pokok kedua dalam
belajar menjadi orang bermoral ialah pengembangan hati nurani sebagai kendali
internal bagi pelaku individu. Menurt tradisi, anak dilahirkan dengan “hati
nurani” atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan yang salah.
3. Peran
Rasa Bersalah dan Rasa Malu dalam Perkembangan Moral
Pokok ketiga dalam
belajar menjadi orang yang bermoral adalah perkembangan perasaan bersalah dan
rasa malu. Setelah anak mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa
dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Bila perilaku anak tidak memenuhi standar yang ditetapkan hati nurani, anak akan
merasa bersalah atau malu atau kedua-duanya.
4. Peran
Interaksi Sosial Dalam Perkembangan Moral
Pokok
keempat dalam belajar jadi orang yang bermoral ialah mempunyai interaksi dengan
anggota kelompok siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasaran
pembahasan di atas, simpulan yang kita dapat adalah
3.1.1. Perkembangan Fantasi sebagai kemampuan
jiwa manusia dapat terjadi
Ø Secara
disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya.
Ø Secara
tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh
fantasinya..
3.1.2. Perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget bahwa dia membagi empat skema yang
digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia yaitu
·
Periode sensorimotor
(usia 0–2 tahun)
·
Periode
praoperasional (usia 2–7 tahun)
·
Periode
operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·
Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
3.1.3. Pada perkembangan awal emosi masa kanak-kanak
ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dari hati yang
tidak masuk akal. Sebagai emosi yang kuat pada periode ini dapat disebabkan
oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, makan terlalu
sedikit.
3.1.4. Perkembangan
moral merupakan perkembangan dari lahir. Meskipun tidak ada gen yang ditemukan
dalam hubungannya dengan perkembangan moral, ide-ide itu tidaklah sulit untuk
dibayangkan sebagaimana kita melihat contoh anak-anak yang sudah bertingkah
laku buruk yang sudah ada pada dirinya, mereka mempunyai tindakan yang buruk
dan sering kali tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka tersebut.
Beberapa aspek yang berguna melakukan
perkembangan diskusi moral yaitu
Ø Moralitas
berkembang dengan pelan dan bertahap , pelatihan dimulai pada umur 1 tahun ,
dan pada masa ini anak dapat membedakan hal yang benar dan salah.
Ø Moralitas
didapatkan dengan 2 cara yaitu dengan contoh dan cerita.
Ø Moralitas
adalah mengenai respek dan respek merupakan kekuatan orang tua sebaiknya
mengajari anak-anak mereka tentang respek melalui contoh dan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Nurkancana,Wayan.2001.Perkembangan jasmani dan Kejiwaan.Surabaya:
Usaha Offsef.
Suarni,Ni
Ketut.2009.Modul Kuliah Perkembangan
Peserta Didik.Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Daniel
Fung dan Cai Ying-Ming.2003.Mengembangkan
Kepribadian Anak Dengan Tepat.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar